
Jum’at, 11 Mei 2018
UJI KUALITATIF PROTEIN
Trisda Sela Mutiara
4443160022
4B
Kelompok 5
JURUSAN
PERIKANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018

Abstrak
Protein merupakan suatu senyawa yang tentunya
terdapat pada setiap jenis makanan yaitu khusunya pada ikan dan produk olahan
ikan. Namun, kadar atau kandungan protein pada setiap jenis makanan tentunya
akan berbeda-beda. Sehingga untuk mengetahui kadar atau kandungan protein pada
suatu jenis makanan khususnya pada ikan dan produk olahan perikanan perlu
dilakukan suatu pengujian salah satunya yaitu dengan pengujian secara
kualitatif seperti uji biuret. Praktikum mengenai uji kualitatif protein pada
ikan dan produk olahan perikanan dilakukan pada hari jum’at, 11 Mei 2018, pada
pukul 15.30 sampai pukul 17.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan (TPHP). Tujuan dari praktikum uji kualitatif dan
karbohidrat pada ikan dan produk olahan perikanan adalah untuk menentukan kadar
protein pada ikan segar dan produk olahan perikanan secara kualitatif. Hasil
yang didapat pada percobaan ini adalah menunjukkan bahwa kandungan protein pada
setiap ikan dan produk olahan perikanan berbeda-beda.
Kata Kunci : Ikan, Produk Olahan
Perikanan, Protein, Uji Biuret
PENDAHULUAN
Biokimia hasil perairan
merupakan salah satu bidang ilmu yang membahas mengenai biomolekul, organisasi
sel, asam amino dan protein, enzim, metabolisme sel di alam dan peranannya pada
produk hasil perikanan, karbohidrat, lipida, vitamin, asam nukleat, respirasi
dan energy, flavor dan pigmen, serta perubahan biokimia dan analisa biokimia
pada produk hasil perikanan dan kelautan. Sehingga dengan mempelajari serta
memahami mengenai biokimia hasil perairan ini, kita dapat mengetahui tentang
proses biokimia pada suatu produk hasil perairan dan dapat menciptakan suatu
mutu produk hasil perairan yang bagus dan berkualitas (Winarno 1992).
Makanan adalah
bahan-bahan yang sangat diperlukan oleh tubuh. Fungsi makanan yaitu untuk
menghasilkan energy, pertumbuhan dan pembentukan tubuh, mengganti sel-sel tubuh
yang rusak, mengatur proses-proses tubuh, serta melindungi tubuh dari berbagai
penyakit. Makanan yang salah satunya yaitu pada ikan dan produk-produk olahan
perikanan tentunya mengandung zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh
manusia yaitu seperti karbohidrat, protein, mineral, vitamin, lemak, dan air.
Oleh karena itu, untuk mengetahui kandungan zat-zat makanan khususnya protein
dan karbohidrat pada ikan dan produk olahan perikanan dilakukanlah suatu
praktikum mengenai uji kualitatif protein dan karbohidrat pada ikan dan produk
olahan perikanan (Subagio et al. 2005).
Tujuan praktikum uji
kualitatif protein pada ikan segar dan produk olahan perikanan adalah untuk
menentukan kadar protein pada ikan segar dan produk olahan perikanan secara
kualitatif.
TINJAUAN
PUSTAKA
Protein adalah senyawa majemuk yang
terdiri atas unsur-unsur C, H, O, N dan terkadang mengandung unsur P dan S.
Protein dapat diperoleh melalui sumber hewani dan nabati. Protein hewani
misalnya ikan, daging, telur, keju, dan susu. Protein nabati antara lain
kacang-kacangan. Fungsi Protein antara lain membangun jaringan baru dan
mengganti jaringan yang rusak, membuat
enzim dan hormon, menjaga keseimbangan asam dan basa dalam darah, mengasilkan
energi, membetuk antibodi. Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa
selain polisakarida, lipid dan polinukleotida yang merupakan penyusun utama
makhluk hidup (Andarwulan
et al. 2011).
Struktur protein
terdiri dari empat tingkatan yaitu struktur
primer yang menunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam
molekul protein (rentetan asam amino dalam suatu molekul protein), struktur
sekunder menunjukkan banyak sifat suatu protein yang ditentukan oleh orientasi
molekul sebagai suatu keseluruhan dalam bentuk suatu molekul protein (misalnya
spiral) dan penataan ruang kerangkanya (ikatan hidrogen antara gugus N-H, salah
satu residu asam amino dengan gugus karbonil C=O residu asam yang lain),
struktur tersier menunjukkan keadaan kecenderungan polipeptida membentuk
lipatan tali gabungan (interaksi lebih lanjut seperti terlipatnya kerangka
untuk membentuk suatu bulatan),
dan struktur kuartener menunjukkan derajat persekutuan unit-unit protein (Sudarmadji
2004).
Reaksi-reaksi
khas untuk menentukan ada atau tidaknya kandungan protein pada suatu makanan
secara kualitatif yaitu reaksi Ninhidrin, reaksi biuret, reaksi uji millon
untuk tirosin, dan uji penetralan titik isoelektrik. Reaksi ninhidrin beraksi
dengan asam amino bebas dan protein menghasilkan warna biru. Reaksi ini
termasuk yang paling umum dilakukan untuk analisis kualitatif protein dan
produk hasil hidrolisisnya. Reaksi ninhidrin dapat pula dilakukan terhadap urin
untuk mengetahui adanya asam amino atau untuk mengetahui adanya pelepasan
protein oleh cairan tubuh. Pada reaksi biuret yaitu bila larutan protein dalam
suasana basa kuat direaksikan dengan larutan CuSO4 pekat, akan dihasilkan warna
ungu. Warna yang dihasilkan dari reaksi tersebut disebabkan oleh ikatan
koordinasi antara ion Cu2+ dengan pasangan elektron bebas dari N yang berasal
dari protein dan pasangan elektron bebas dari O molekul air. Reaksi ini tidak
berlaku untuk peptide (Munthe et al. 2016).
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan senyawa
yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi
yaitu seperti adanya perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan
adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan tanda demikian,
dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas dari protein
yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda antara
pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein
(albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu sama
dengan pereaksi uji lainnya (Ariwulan 2011).
Biuret
adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan
dua molekul urea. Uji biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida
pada sampel protein. Uji biuret ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
adanya senyawa – senyawa yang mengandung gugus amida asam. Reaksi biuret
merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui ikatan peptida. Reaksi ini
positif (berwarna ungu) untuk zat yang mengandung 2 atau lebih ikatan peptide (Bintang 2010).
Reaksi
biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (-CO-NH-) dan
protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk
senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida.
Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi
ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna biru, tripeptida ungu dan
tetrapeptida serta peptida kompleks memberikan warna merah. Biuret dihasilkan
dengan memanaskan urea kira-kira pada suhu 180 oC dalam larutan
basa. Biuret memberikan warna violet dengan CuSO4. Reaksi ini
disebut dengan reaksi biuret, kemungkinan terbentuknya Cu2+ dengan
gugus CO dan –NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Dipeptida dan
asam-asam amino (kecuali histidina, serina dan treonina) tidak memberikan uji
ini. Beberapa protein yang mempunyai gugus –CS-NH-, -CH-NH- dalam molekulnya
juga memberikan tes warna positif dengan biuret (Buckle et al.
1987).
Ikan layang (Decapterus spp)
merupakan salah satu komunitas perikanan pelagis kecil yang penting di
Indonesia. Ikan yang tergolong suku Carangidae ini bisa hidup bergerombol .
Ukurannya sekitar 15 centimeter meskipun ada pula yang bisa mencapai 25
centimeter . Ciri khas yang sering dijumpai pada ikan layang ialah terdapatnya
sirip kecil ( finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur dan terdapat
sisik berlinginyang tebal (lateral scute) pada bagian garis sisi (lateral line)
(Junianto 2003). Badan memanjang, agak gepeng. Dua
sirip punggung.Sirip punggung pertama berjari-jari keras 9 (1 meniarap + 8
biasa), sirip punggung kedua berjari – jari keras 1 dan 30 – 32 lemah. Sirip
dubur berjari-jari keras 2 (lepas) dan 1 bergabung dengan 22 – 27 jari sirip
lemah. Baik di belakang sirip punggung kedua dan dubur terdapat 1 jari-jari
sirip tambahan ( finlet ) termasuk pemakan plankton, diatomae, chaetognatha,
copepoda, udang-udangan larva-larva ikan,juga telur-telur ikan teri (Stolephorus sp,). Hidup di perairan
lepas pantai, kadar garam tinggi membentuk gerombolan besar. Dapat mencapai
panjang 30 Cm, umumnya 20 – 25 cm. Berwarna biru kehijauan, hijau pupus bagian
atas, putih perak bagian bawah. Sirip siripnya abu-abu kekuningan atau kuning
pucat. Satu totol hitam terdapat pada tepian atas penutup insang (Bawinto et al.
2015).
Menurut klasifikasi Saanin (1968)
sistematika ikan layang adalah sebagai berikut :
Phyllum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Divisi : Perciformes
Sub divisi : Carangi
Familia : Carangidae
Genus : Decapterus
Spesies : Decaptersus
russelli
Pempek adalah salah satu makanan
tradisional khas dari Palembang yang populer di Jawa, yang dapat digolongkan
sebagai gel ikan. Pempek terbuat dari adonan ikan dan tepung tapioka lalu
diuleni menggunakan air es untuk membuat tekstur pempek lebih kenyal lalu
direbus, namun proses perebusan menyebabkan pempek mudah berlendir dan tidak
tahan lama. Pempek biasanya dibuat dalam jumlah yang banyak mengingat proses
pembuatannya yang sangat lama dan pempek yang diproduksi sekaligus dalam jumlah
banyak, sehingga penjualan tidak akan habis dalam satu hari. Oleh karena itu
agar pempek yang dijual tidak mudah basi pedagang menambahkan bahan tambahan
pangan ke dalam pempek (Dewi
2013).
METODOLOGI
Praktikum biokimia hasil
perairan mengenai uji kualitatif protein dilakukan pada hari jum’at, 11 Mei
2018, pukul 15.30 sampai puukul 17.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan (TPHP).
Alat yang digunakan dalam
praktikum uji kualitatif protein adalah tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung
reaksi, ulekan/mortar, timbangan digital, mangkuk, gels beker, gelas ukur,
pisau dan sendok. Bahan yang digunakan adalah akuades, NaOH, CuS
, ikan mas, ikan lele,
ikan nila, ikan kembung, ikan layang, ikan kurisi, siomay, empek-empek, bakso
ikan, otak-otak, nugget ikan, dan bontot.

Tahapan prosedur kerja
dalam praktikum uji kualitatif protein adalah dengan melakukan tahap pertama
yaitu dengan melakukan prosedur kerja uji kualitatif protein terlebih dahulu
yaitu uji biuret. Tahap pertama yaitu menyiapkan bahan atau sampel yang ingin
dilakukan uji biuret atau protein, kemudian bahan dihaluskan pada cobek atau
mortar dan tambahkan air sebanyak 10 ml. Selanjutnya masukkan larutan sampel ke
dalam tabung reaksi sebanyak 2 ml (40 tetes) dengan menggunakan pipet tetes.
Tahap selanjutnya teteskan larutan NaOH sebanyak 2 tetes ke dalam tabung reaksi
yang berisi sampel, kemudian kocok hingga homogen. Tahap berikutnya teteskan
CuS
sebanyak 1 ml, kemudian kocok dan amati
perubahan warnanya.

Diagram alir prosedur
kerja uji kualitatif protein pada ikan dan produk olahan perikanan adalah
sebagai berikut :
![]() |
Gambar
1. Diagram Alir Prosedur Kerja Praktikum Uji Kualitatif Protein
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan mengenai uji kualitatif protein, maka diperoleh hasil
berupa tabel sebgai berikut :
Tabel 1. Hasil Uji Kualitatif Protein
pada Ikan segar dan Produk Olahan Perikanan.
Kelompok
|
Bahan
|
Hasil Uji Protein
|
1
|
Ikan Nila
|
++
|
Bontot
|
+
|
|
2
|
Ikan Mas
|
++
|
Nugger ikan
|
++
|
|
3
|
Ikan Lele
|
+++
|
Baso
|
++
|
|
4
|
Ikan Kembung
|
+
|
Otak-Otak
|
++
|
|
5
|
Ikan Layang
|
+
|
Pempek
|
+
|
|
6
|
Ikan Kurisi
|
-
|
Siomay
|
+
|
Keterangan
: +++ = Perubahan warna yang pekat
++
= Perubahan warna sedang
+ = Ada perubahan warna tetapi tidak jelas
- = Tidak ada perubahan warna
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan mengenai uji kualitatif protein dan karbohidrat
pada ikan dan produk olahan perikanan, maka diperoleh hasil yang terdapat pada
tabel 1. Hasil praktikum menunjukkan bahwa pada ikan nila, ikan mas, nugget, bakso
ikan, otak-otak, dan siomay menunjukkan ada perubahan warna tetapi tidak jelas
pada saat uji biuret. Pada bontot, ikan kembung, ikan layang, dan pempek
menunjukkan bahwa ada perubahan warna tetapi tidak jelas pada saat uji biuret.
Pada ikan lele dan ikan kurisi menunjukkan ada perubahan warna yang sangat
pekat pada saat uji biuret.
Kandungan gizi ikan air
tawar cukup tinggi sama dengan ikan air laut sehingga dianjurkan untuk
dikonsumsi dalam jumlah yang cukup. Mengonsumsi ikan tidak hanya memperkuat
daya tahan otot jantung, tetapi juga meningkatkan kecerdasan otak, dan
menurunkan kadar trigliserida. Ikan yang mengandung protein, lemak, dan vitamin
membuat ikan yang mudah dibudidayakan ini sangat membantu dalam pertumbuhan
anak-anak balita serta memiliki peranan gizi yang besar bagi kesehatan (Robert
2007).
Menurut (Ika 2011), perbedaan kadar protein yang berbeda
disebabkan karena proses pengolahan yang dilakukankan, jenis makanan, bentuk
tubuh serta adanya perbedaan tingkat kadar air yang berbeda-beda dari setiap
jenis ikan. Semakin tinggi kadar air maka semakin rendah kadar proteinnya.
Buckle et al. (1987), menyatakan bahwa kadar protein ikan dipengaruhi
oleh kadar air dan kadar lemak, terdapat hubungan terbalik antara protein dan
kadar air pada bagian yang dapat dimakan. Semakin tinggi kadar protein semakin
rendah kadar airnya. Pada umumnya, daging ikan yang berwarna merah mempunyai
kadar protein yang rendah, tetapi kadar airnya lebih tinggi dibandingkan dengan
daging ikan yang berwarna putih mempunyai kadar protein tinggi dan kadar air
rendah.
Menurut Subagio et al.
(2005) bahwa kandungan protein pada ikan terdiri atas miofibril,
sarkoplasma, dan stroma. Protein miofibril merupakan bagian terbesar dalam
jaringan daging ikan, protein ini larut dalam garam. Sarkoplasma adalah cairan
sel otot yang fungsinya untuk tempat miofibril dan miofilamen berada yang
merupakan protein yang paling banyak larut dalam air. Pada umumnya protein yang
larut dalam larutan garam lebih efisien sebagai pengemulsi dibandingkan dengan
protein yang larut dalam air (Junianto 2003).
KESIMPULAN
DAN SARAN
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan mengenai uji kualitatif protein, maka dapat disimpulkan
bahwa pada pengujian protein pada ikan segar dan produk olahan perikanan hampir
semua sampel tersebut mengandung protein dan karbohidrat. Namun, kadar protein
dari setiap bahan yang digunakan berbeda-beda. Hal tersebut dapat terlihat pada
perubahan warna yang terjadi pada bahan yang digunakan.
Sebaiknya pada saat
praktikum mengenai uji kualitatif protein pada ikan segar dan produk olahan
ikan ketika mengekstraksi bahan tidak menggunakan air terlalu banyak. Karena
kemungkinan dapat berpengaruh pada hasil pengujian yang dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Andarwulan, N, et al. 2011. Analisis Pangan.
Jakarta: Dian Rakyat
Ariwulan,R.2011.Uji
Reaksi Protein.[Online].Tersedia:http://pustakabiolog.
wordpress.com/reaksi-pengujian-protein[12
mei 2018]
Bawinto A, S., Mongi E., dan Kaseger
B. E. 2015. Analisa Kadar Air, pH, Organoleptik, dan Kapang Pada Produk Ikan tuna (Thunnus sp) Asap, Di Kelurahan Girian Bawah, Kota Bitung, Sulawesi Utara. JURNAL. Media Teknologi Hasil Perikanan. Vol
3 No. 2 (55)
Bintang. M. 2010. Biokimia Teknik
Penelitian. Erlangga. Jakarta Hal 99, 102 106.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, and M. Wootton, 1987. Food Science. Dalam Ilmu Pangan.
(Diterjemahkan Purnomo, H. dan Adiono). Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Dewi., Y.N. 2013. Penetapan Kadar
Dan Analisis Profil Protein Dan Asam
Amino Ekstrak Ampas Biji Jinten
Hitam (Nigella sativa Linn.) Dengan
Metode SDS-PAGE dan KCKT. [SKRIPSI].
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Farmasi. Bogor.
Haryati S dan Munandar A. 2011.
Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan Payus (Elops hawaiensis)
Sebagai Alternatif Sumber
Kalsium Dalam Produk Bontot. Jurnal
Penelitian Universitas Sultan Ageng
Titayasa. Hal 117-120
Ika S.A. 2011. Studi Pembuatan Konsentrat
Protein Ikan (Fish Protein Concentrate) dari
Ikan Gabus (Ophiocephalus striata). Kementerian Pertanian, Indonesia.
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta.
Munthe. I., Isa. M., Winaruddin.
Sulasmi., Herrialfian., dan Rusli. 2016. ANALISIS
KADAR PROTEIN IKAN DEPIK (Rasbora
tawarensis) DI DANAU LAUT
TAWAR KABUPATEN ACEH TENGAH. Jurnal Medika
Veterinaria. Vol. 10 No. 1
Robert, C.A. 2007. Diet Atkins. PT. Alex Media Komputindo. Gramedia: Jakarta.
Saanin,
H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi
Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta: Bandung.
Sikorski, Z., N. Haard, T.
Motohiro, and B.S. Pan. 1998.“Quality InFish Smoking
and Drying, Production and Quality”. P.E. Doe, (Ed). Technomic
Publishing USA. P.89-115.
Subagio, A., W.S. Windrati, M. Fauzi,
dan Y. Witono. 2005. Pengaruh asam askorbat
terhadap pembentukan gel miofibril ikan mata besar (Selar crumenophthalmus). Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan XVI:126-132.
Sudarmadji
S.2004. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Liberty.
Sumardjo Damin. 2009. Pengantar Kimia. Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I.
Fakultas Bioeksakta. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta. Hal. 161-172.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia:
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar