
Hari/Tanggal,
Senin 23 April 2018
PENGOBATAN
IKAN
Trisda Sela Mutiara
4443160022
4B
Kelompok 4
JURUSAN
PERIKANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018

Abstrak
Pengobatan merupakan langkah yang ditujukan
untuk memulihkan kondisi kesehatan ikan yang telah terinfeksi oleh penyakit
parasiter. Sifat dari patogen menentukan pilihan terhadap obat yang harus
diberikan. Pemilihan obat merupakan hal yang tidak mudah, berbagai pertimbangan
harus dilakukan terutama bahwa obat yang digunakan hanya bersifat racun
terhadap parasit tetapi tidak bersifat racun bagi ikan dan tidak menimbulkan
dampak terhadap lingkungan. Salah satu
metode pengobatan ikan secara alami adalah dengan menggunakan daun sirih.
Praktikum kali ini tentang parasit pada ikan yang dilakukan di laboratorium BDP
( Budidaya Perikanan ) Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Pada hari Senin, tanggal 23 April 2018 pukul 15.30
sampai dengan 17.30. Hasil yang didapat dari praktikum pengobatan ikan adalah
pada hari kedua dan kelima pengamatan ikan mengalami kematian
Kata kunci: Daun sirih, patogen,
Pengobatan ikan
PENDAHULUAN
Budidaya merupakan hal
yang sangat menguntukan dan hal yang diperhatikan adalah kualitas air , Patogen
dan ikan. Dalam hal penyakit Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan
fisik, morfologi dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi
normal karena beberapa penyebab dan terbagi atas 2 kelompok yaitu
penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal) . Penyakit
internal meliputi genetic, sekresi internal, imunodefesiensi, saraf dan
metabolic. Sedangkan penyakit eksternal meliputi penyakit pathogen
(parasit, jamur, bakteri , virus) dan non pathogen (lingkungan dan
nutrisi). Penyakit parasitic merupakan salah satu penyakit infeksi yang
sering menyerang ikan terutama pada usaha pembenihan. Serangan
parasit bisa mengakibatkan terganggunnya pertumbuhan, kematian
bahkan penurunan produksi ikan. Berbagai organisme yang
bersifat parasit mulai dari protozoa, crusstacea dan annelida (Alifuddin 2003).
Pencegahan dan
pengobaatan merupakan hal yang lumrah dalam budidaya, pencegahan lebih baik
dari pada menggobati akan tetapi jika ikan tersebut terkena penyakit harus juga
segera diobati. Pengobatan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh para
pembudidaya ikan jika ikan yang dipelihara terserang penyakit (Mulia 2012).
Tujuan pada praktikum managemen
kesehatan ikan tentang pengobatan pada ikan adalah untuk menentukan perlakuan
terbaik pada pengobatan penyakit ikan dengan sederhana.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Ikan Lele menurut Saanin tahun
1984 adalah sebagai berikut :
Filum :
Chordata
Kelas :
Actinopterygi
Ordo Ostariophysi
Famili :
Claridae
Genus :
Clarias
Spesies:
Clarias Sp
Ikan lele tidak memiliki sisik di
bagian tubuh, memiliki kumis di bagian depan, dan patil di samping. Ikan lele
juga berbentuk bulat dan memanjang, kulitnya licin, berlendir dan memiliki warna
bervariasi tergantung variates ada hitam, kekuningan, dan kecoklatan hitam.
Selain itu, ikan lele juga memiliki sirip yang tunggal di bagian punggung dan
juga ekor. Ikan-ikan marga Clarias ini dikenali dari tubuhnya yang
licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan siripanus yang
juga panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak
seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas,
dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung
moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang
gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur
insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada
sirip-sirip dadanya (Angka 1997).
Menurut Kristanti et al (2008) bentuk
luar ikan lele yaitu memanjang, bentuk kepala pipih dan tidak bersisik.
Mempunyai sungut yang memenjang yang terletak di seitar kepala sebagai alat
peraba ikan. Mempunyai alat olfactory yang terletak berdekatan dengan
sungut hidung . Penglihatannya kurang berfungsi dengan baik. Ikan lele dumbo
mempuyai 5 sirip yaitu sirip ekor, sirip punggung, sirip dada, dan sirip dubur.
Pada sirip dada jari-jarinya mengeras yang berfungsi sebagai patil, tetapi pada
lele dumbo lemah dan tidak beracun. Insang berukuran kecil, sehingga kesulitan
jika bernafas. Selain brnafas dengan insang juga mempunyai alat pernafasan
tambahan (arborencent) yang terletak padainsang bagian atas.
Terdapat berbagai macam parasit, yaitu bakteri, protozoa,
dan cacing. Salah satu parasit yang akan dibahas dalam makalah ini adalah jenis
Protozoa. Protozoa adalah organisme eukaryot uniselular berukuran mikroskopis
yang umumnya memiliki inti yang jelas. Parasit ini memiliki kelompok yang
sangat besar yang parasit pada ikan. Pada kondisi budidaya, spesies protozoa
tertentu dapat menyebabkan penyakit yang menghasilkan mortalitas tinggi yang
berdampak pada kerugian ekonomi yang cukup besar pada ikan air tawar maupun
ikan air laut. Diantara golongan parasit pada ikan air tawar, Ichthopthirius
multifilis telah menyebabkan banyak masalah dalam budidaya ikan air tawar.
Pada ikan air laut parasit Cryptocaryon irritans dan Amyloodinium
ocellatum adalah parasit protozoa yang telah menimbulkan masalah
masing-masing pada ikan kerapu dan ikan ikan konsumsi maupun ikan akuarium air
laut (Irianto
2005).
Untuk mengatasi penyakit parasiter tersebut perlu
dilakukan pengobatan. Pengobatan merupakan langkah yang ditujukan untuk
memulihkan kondisi kesehatan ikan yang telah terinfeksi oleh penyakit
parasiter. Sifat dari patogen menentukan pilihan terhadap obat yang harus
diberikan. Pemilihan obat merupakan hal yang tidak mudah, berbagai pertimbangan
harus dilakukan terutama bahwa obat yang digunakan hanya bersifat racun
terhadap parasit tetapi tidak bersifat racun bagi ikan dan tidak menimbulkan
dampak terhadap lingkungan. Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan untuk
memberikan obat pada parasit adalah ukuran parasit, siklus hidup parasit, dan
hubungannya dengan inang. Selain itu beberapa pertimbangan lainnya adalah bahwa
kemampuan ikan mentolerir obat-obatan sangat bervariasi tergantung pada spesies
ikannya, ikan yang sakit cenderung kondisinya lemah dan kurang toleran terhadap
stres. Ikan sakit biasanya cenderung untuk berhenti makan sehingga pemberian
obat lewat makanan kurang efisien (Kordi 2004).
Sirih (piper
betle L) sudah banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat indonesia
sejak lama karena semua bagian tanaman yang meliputi akar, daun dan bijinya
digunakan digunakan sebagai sebagai obat tetapi daun pada sirih lebih terkenal
dan banyak digunakan.Atsiri terkandung didalam daun sirih mempunyai bau yang
aromatik dan berasa pedas. Atsiri pada daun sirih mengandung chavicol C4H3OH
yang merupakan antiseptik yang kuat untuk menanggulangi parasit terutama
lchthyophthirius multifiliis. Hasil tersebut telah dibuktikan validitasnya (Padmawinata 1996).
Khasiat sirih digunakan sebagai styptic
(penahan darah) dan vulnerary (obat luka pad kulit) juga berdaya guna sebagai
antioksida, antiseptik, fungisida, dan bakterisidal. Hal ini jelas bahwa daun
sirih yang mengandung minyak atsiri bersifat menghambat pertumbuhan parasit dan
pada penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa atsiri daun sirih dapat
menghambat pertumbuhan parasit protozoa pada ikan, namun dalam penerapannya
harus memperhatikan ketahanan ikan terhadap air rebusan daun sirih tersebut.
konsentrasi yang terlalu tinggi dapat berpengaruh negatif tidak hanya terhadap
parasit tapi juga terhadap ikan (Nio 1989).
METODOLOGI
Praktikum
Manajemen Kesehatan Ikan mengenai “Pengobatan pada Ikan” kali ini dilaksanakan
pada hari Senin, tanggal 23 April 2018, pada pukul 15.30-16.30
WIB. Pelaksanaan praktikum ini berlangsung di Laboratorium Budidaya Perairan
(BDP), Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Pada praktikum ini alat-alat yang digunakan yaitu akuarium,
aerator. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu ikan lele, daun
sirih, garam, methylene blue dan air.
Pertama yang di lakukan
dalam praktikum ini adalah menyipakan alat dan bahan praktikum. Siapkan ikan
lele sebanyak 2 ekor dalam keadaan sakit. Siapkan akuarium dan bersihkan
terlebih dahulu dengan menggunakan air. Selanjutnya siapkan daun sirih secukupnya,
lalu cacah sampai halus. Setelah halus campur dengan air, aduk sampai tercampur
rata. Saring daun sirih dengan saringan untuk memisahkan serat daun sirih
dengan airnya. Isi akuarium dengan air, kemudian masukan ikan sebanyak 2 ekor
dalam keadaan sakit. Siapkan aerator didalam akuarium selama perendaman.
Campurkan larutan daun sirih kedalam akuarium dalam proses pengobatan.
Selanjutnya rendam ikan dalam akuarium dengan campuran air daun sirih selama 7
hari. Lakukan pengamatan dalam proses pengobatan, kemudian catat hasil
pengamatannya.
Prosedur kerja dalam
praktikum Manajemen Kesehatan Ikan mengenai Pengobatan ikan adalah sebagai
berikut :
![]() |
Gambar 1.
Diagram pengobatan
pada ikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari praktikum managemen kesehatan ikan mengenai pengobatan
ikan di peroleh data tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Data respon Ikan
selama diberi perlakuan daun sirih
No
|
Hari
ke-
|
Respon
|
Perlakuan
|
1.
|
1
|
-
Ikan bergerak
aktif mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungan aquarium. Tapi tidak lama
kemudian ikan menjadi diam.
|
Daun sirih
|
2.
|
2
|
-
Luka
pada tubuh ikan lele semakin melebar.
-
Cenderung
diam.
-
Tidak
nafsu makan.
-
Salah
satu ikan pada aquarium mati
|
Daun sirih
|
3.
|
3
|
-
Luka
pada tubuh ikan lele semakin melebar.
-
Kulit
mengelupas dan terjadi borok pada sekitar dirip punggung ikan.
-
Cenderung
diam.
-
Tidak
nafsu makan
|
Daun sirih
|
4.
|
4
|
-
Ikan
menjadi diam di tepi aquarium, seperti sudah mati. Namun apabila dikejutkan
ikan lambat merespon
-
Ikan
semakin tidak nafsu makan
|
Daun sirih
|
5.
|
5
|
-
Kondisi
kulit ikan semakin mengelupas
-
Ikan
mati dengan kulit yang mengelupas
-
Air
pada aquarium menjadi keruh dan bau
|
Daun sirih
|
6.
|
6
|
-
Tidak
dilakukan pengamatan karena semua ikan sudah mati dihari ke 6.
|
Daun sirih
|
7.
|
7
|
- Tidak dilakukan
pengamatan karena semua ikan sudah mati dihari ke 6.
|
-
|
Pada tabel diatas telah dijelaskan pada setiap respon
yang dilakukan ikan selama masa pengamatan atau selama diberi pengobatan dengan
daun sirih. Hasil
pengamatan terhadap gejala klinis dari ikan sebelum dan sesudah perendaman
dengan daun sirih menunjukan perbedaan yang nyata. sebelum perendaman, ikan
yang terserang parasit menunjukan gejala terdapat bintik-bintik pada sekitar
sirip perut ikan, serta terdapat luka pada sepanjang sirip punggung ikan. Pada
bagian kepala ikan pun terdapat luka seperti luka borok.
Sering juga tampak selaput putih abu-abu pada lensa mata
ikan. ikan yang telah terinfeksi berat oleh parasit ini akan tampak lemah,
sering menyendiri dan menggosok-gosokan ke dasar kolam. selanjutnya ikan akan
mengapung atau berada pada permukaan bila mana insang sudah penuh kista
parasite. Parasit yang
menyerang insang mengakibatkan insang berwarna merah kehitaman, lamella insang
berwarna pucat dan hilangnya fungsi insang, setelah perendaman, ikan yang
terserang parasit menunjukan perubahan seperti warna pada tubuh kembali cerah
dimana bintik tubuh yang ada pada kulit sudah hilang, juga pada sirip ekor,
punggung, dada dana perut. Kondisi mata kembali seperti pada saat ikan masih
sehat yaitu kehitaman pada lensa mata tampak bening.
Senyawa-senyawa chavicol, alilpirokatekol, kavibetol,
kavibetol asetat dan alipirolatekoldiasetat masing-masing pada kadar 200 ug/ml
dapat membunuh sempurna C.elegans. Penggunaan daun sirih untuk pengendalian
parasit helminths pada ikan perlu melalui uji pendahuluan untuk mengetahui
konsentrasi optimal daun sirih yang
dapat menghambat pertumbuhan parasit helminths tetapi aman digunakan untuk
ikan. Selain
itu, dalam melakukan pengobatan juga perlu dipertimbangkan cara parasit
melakukan penetrasi ke ikan yang akan menentukan metode pengobatan yang
dipilih. ukuran ikan, dan spesies ikan yang akan diobati. ukuran dan spesies
yang berbeda akan menghasilkan sensivitas yang berbeda terhadap obat yang
diaplikasikan (Abadnego 2012).
KESIMPULAN DAN
SARAN
Selama dilakukan pengamatan selama tujuh hari, ikan
mengalami kematian pada hari kedua dan kelima. Sebelum mengalami kematian, ikan
menunjukkan gejala-gejala yang sangat miris. Pada ikan pertama luka yang
dialami ikan tersebut semakin membesar, hal tersebut pun sama dengan yang
dialami oleh ikan kedua. Namun, hanya waktu kematiannya yang berbeda. Sebelum
mati pun, tubuh ikan berubah menjadi warna putih pucat.
Sebaiknya
pengamatan dilakukan secara rutin dan teliti. Serta pemberian kadar daun sirih
secara tepat, agar praktikum pengobatan ikan berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Abadnego, B. 2012. Ensiklopedia
Tanaman Obat Indonesia. Bandung: Indonesia Publishing
House.
Alifuddin, M. 2003. Pencegahan
dan Pengobatan Penyakit Ikan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. IPB. Vol. 4 (2): 115-123.
Angka, S. L. 1997. Studi Karakterisasi dan Patologi Aeromonas
hydrophila pada ikan lele Dumbo (Clarias gariepinus).Makalah Falsafah Sains. Program Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Departemen Kesehatan republik Indonesia. 1986. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Irianto, A. 2005. Patologi
Ikan Teleostei. Yogyakarta: UGM Press.
Kordi, G. 2004. Penaggulangan
Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
dan PT Bina Adiaksara.
Kristanti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M dan Kurniadi, B.
2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya : Airlangga University Press.
Mulia, D.S. 2012. Vaksinasi
Lele Dumbo. Purwokerto: Pustaka Belajar.
Nio, K.O. 1989. Zat-zat
Toksik yang Secara Alamiah Ada pada Bahan Makanan Nabati. Cermin Dunia Kedokteran. no. 58.
Padmawinata, K. 1996. Metode
Fitokimia. (Terjemahan). Harbone J. B. Phytochemical
Methods. New York. Chapman and Hall.
Pedrosa. C. Grain, W., dan Sasaina, E. 1978. Acta Manila Phytochemical, Microbiological and Pharmacological screening
of Medical Plants. University
of Santo Thomas. Filipina.
Pelczar, J.M. dan E.C.S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi, jilid I (Terjemahan Elements of Microbiology oleh Hadioetomo, R. S., I. Teja,
S. S Tjitrosomo, & S. L. Angka).
Jakarta: UI Press.
Prapanza, I dan Marianto, A. 2003. Khasiat dan Manfaat Sambiloto. Jakarta : Pustaka Agromedia.
Saanin.
H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I. Binacipta: Bandung.
LAMPIRAN


Gambar 2. Pengamatan hari ke 2 Gambar 3. Pengamatan hari ke 3


Gambar 4. Pengamatan hari ke 4 Gambar 5. Pengamatan hari ke 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar