Selasa, 28 Agustus 2018

PENGOBATAN IKAN


Laporan praktikum ke-3
Hari/Tanggal, Senin 23 April 2018


PENGOBATAN IKAN


Trisda Sela Mutiara
4443160022
4B
Kelompok 4


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
 

Abstrak

Pengobatan merupakan langkah yang ditujukan untuk memulihkan kondisi kesehatan ikan yang telah terinfeksi oleh penyakit parasiter. Sifat dari patogen menentukan pilihan terhadap obat yang harus diberikan. Pemilihan obat merupakan hal yang tidak mudah, berbagai pertimbangan harus dilakukan terutama bahwa obat yang digunakan hanya bersifat racun terhadap parasit tetapi tidak bersifat racun bagi ikan dan tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Salah satu metode pengobatan ikan secara alami adalah dengan menggunakan daun sirih. Praktikum kali ini tentang parasit pada ikan yang dilakukan di laboratorium BDP ( Budidaya Perikanan ) Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pada hari Senin, tanggal 23 April 2018 pukul 15.30 sampai dengan 17.30. Hasil yang didapat dari praktikum pengobatan ikan adalah pada hari kedua dan kelima pengamatan ikan mengalami kematian
Kata kunci: Daun sirih, patogen, Pengobatan ikan

PENDAHULUAN
Budidaya merupakan hal yang sangat menguntukan dan hal yang diperhatikan adalah kualitas air , Patogen dan ikan. Dalam hal penyakit Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal  karena beberapa penyebab dan terbagi atas  2 kelompok yaitu penyebab dari dalam  (internal) dan  luar (eksternal) . Penyakit internal meliputi genetic,  sekresi internal, imunodefesiensi, saraf dan metabolic. Sedangkan penyakit eksternal meliputi penyakit pathogen  (parasit,  jamur, bakteri , virus) dan non pathogen (lingkungan  dan nutrisi). Penyakit parasitic  merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering menyerang  ikan terutama pada usaha pembenihan. Serangan parasit  bisa mengakibatkan  terganggunnya pertumbuhan, kematian bahkan  penurunan produksi ikan.  Berbagai organisme yang   bersifat parasit mulai dari protozoa, crusstacea dan annelida (Alifuddin 2003).
Pencegahan dan pengobaatan merupakan hal yang lumrah dalam budidaya, pencegahan lebih baik dari pada menggobati akan tetapi jika ikan tersebut terkena penyakit harus juga segera diobati. Pengobatan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh para pembudidaya ikan jika ikan yang dipelihara terserang penyakit (Mulia 2012).
            Tujuan pada praktikum managemen kesehatan ikan tentang pengobatan pada ikan adalah untuk menentukan perlakuan terbaik pada pengobatan penyakit ikan dengan sederhana.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Ikan Lele menurut Saanin tahun 1984 adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygi
Ordo Ostariophysi
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Spesies: Clarias Sp
Ikan lele tidak memiliki sisik di bagian tubuh, memiliki kumis di bagian depan, dan patil di samping. Ikan lele juga berbentuk bulat dan memanjang, kulitnya licin, berlendir dan memiliki warna bervariasi tergantung variates ada hitam, kekuningan, dan kecoklatan hitam. Selain itu, ikan lele juga memiliki sirip yang tunggal di bagian punggung dan juga ekor. Ikan-ikan marga Clarias ini dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan siripanus yang juga panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya (Angka 1997).
Menurut Kristanti et al  (2008) bentuk luar ikan lele yaitu memanjang, bentuk kepala pipih dan tidak bersisik. Mempunyai sungut yang memenjang yang terletak di seitar kepala sebagai alat peraba ikan. Mempunyai alat olfactory yang terletak berdekatan dengan sungut hidung . Penglihatannya kurang berfungsi dengan baik. Ikan lele dumbo mempuyai 5 sirip yaitu sirip ekor, sirip punggung, sirip dada, dan sirip dubur. Pada sirip dada jari-jarinya mengeras yang berfungsi sebagai patil, tetapi pada lele dumbo lemah dan tidak beracun. Insang berukuran kecil, sehingga kesulitan jika bernafas. Selain brnafas dengan insang juga mempunyai alat pernafasan tambahan (arborencent) yang terletak padainsang bagian atas.
Terdapat berbagai macam parasit, yaitu bakteri, protozoa, dan cacing. Salah satu parasit yang akan dibahas dalam makalah ini adalah jenis Protozoa. Protozoa adalah organisme eukaryot uniselular berukuran mikroskopis yang umumnya memiliki inti yang jelas. Parasit ini memiliki kelompok yang sangat besar yang parasit pada ikan. Pada kondisi budidaya, spesies protozoa tertentu dapat menyebabkan penyakit yang menghasilkan mortalitas tinggi yang berdampak pada kerugian ekonomi yang cukup besar pada ikan air tawar maupun ikan air laut. Diantara golongan parasit pada ikan air tawar, Ichthopthirius multifilis telah menyebabkan banyak masalah dalam budidaya ikan air tawar. Pada ikan air laut parasit Cryptocaryon irritans dan Amyloodinium ocellatum adalah parasit protozoa yang telah menimbulkan masalah masing-masing pada ikan kerapu dan ikan ikan konsumsi maupun ikan akuarium air laut (Irianto 2005).
Untuk mengatasi penyakit parasiter tersebut perlu dilakukan pengobatan. Pengobatan merupakan langkah yang ditujukan untuk memulihkan kondisi kesehatan ikan yang telah terinfeksi oleh penyakit parasiter. Sifat dari patogen menentukan pilihan terhadap obat yang harus diberikan. Pemilihan obat merupakan hal yang tidak mudah, berbagai pertimbangan harus dilakukan terutama bahwa obat yang digunakan hanya bersifat racun terhadap parasit tetapi tidak bersifat racun bagi ikan dan tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan untuk memberikan obat pada parasit adalah ukuran parasit, siklus hidup parasit, dan hubungannya dengan inang. Selain itu beberapa pertimbangan lainnya adalah bahwa kemampuan ikan mentolerir obat-obatan sangat bervariasi tergantung pada spesies ikannya, ikan yang sakit cenderung kondisinya lemah dan kurang toleran terhadap stres. Ikan sakit biasanya cenderung untuk berhenti makan sehingga pemberian obat lewat makanan kurang efisien (Kordi 2004).
Sirih (piper betle L) sudah banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat indonesia sejak lama karena semua bagian tanaman yang meliputi akar, daun dan bijinya digunakan digunakan sebagai sebagai obat tetapi daun pada sirih lebih terkenal dan banyak digunakan.Atsiri terkandung didalam daun sirih mempunyai bau yang aromatik dan berasa pedas. Atsiri pada daun sirih mengandung chavicol C4H3OH yang merupakan antiseptik yang kuat untuk menanggulangi parasit terutama lchthyophthirius multifiliis. Hasil tersebut telah dibuktikan validitasnya (Padmawinata 1996).
Khasiat sirih digunakan sebagai styptic (penahan darah) dan vulnerary (obat luka pad kulit) juga berdaya guna sebagai antioksida, antiseptik, fungisida, dan bakterisidal. Hal ini jelas bahwa daun sirih yang mengandung minyak atsiri bersifat menghambat pertumbuhan parasit dan pada penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa atsiri daun sirih dapat menghambat pertumbuhan parasit protozoa pada ikan, namun dalam penerapannya harus memperhatikan ketahanan ikan terhadap air rebusan daun sirih tersebut. konsentrasi yang terlalu tinggi dapat berpengaruh negatif tidak hanya terhadap parasit tapi juga terhadap ikan (Nio 1989).

METODOLOGI
Praktikum Manajemen Kesehatan Ikan mengenai “Pengobatan pada Ikan” kali ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 23 April 2018, pada pukul 15.30-16.30 WIB. Pelaksanaan praktikum ini berlangsung di Laboratorium Budidaya Perairan (BDP), Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Pada praktikum ini alat-alat yang digunakan yaitu akuarium, aerator. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu ikan lele, daun sirih, garam, methylene blue dan air.
Pertama yang di lakukan dalam praktikum ini adalah menyipakan alat dan bahan praktikum. Siapkan ikan lele sebanyak 2 ekor dalam keadaan sakit. Siapkan akuarium dan bersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan air. Selanjutnya siapkan daun sirih secukupnya, lalu cacah sampai halus. Setelah halus campur dengan air, aduk sampai tercampur rata. Saring daun sirih dengan saringan untuk memisahkan serat daun sirih dengan airnya. Isi akuarium dengan air, kemudian masukan ikan sebanyak 2 ekor dalam keadaan sakit. Siapkan aerator didalam akuarium selama perendaman. Campurkan larutan daun sirih kedalam akuarium dalam proses pengobatan. Selanjutnya rendam ikan dalam akuarium dengan campuran air daun sirih selama 7 hari. Lakukan pengamatan dalam proses pengobatan, kemudian catat hasil pengamatannya.
Prosedur kerja dalam praktikum Manajemen Kesehatan Ikan mengenai Pengobatan ikan adalah sebagai berikut :
Text Box: Siapkan akuarium dan bersihkan Akuarium,Text Box: Akuarium di kasih air sebanyak 2 liter,Text Box: Haluskan daun sirih dan ambil airnya sebanyak 29 gram/60 ml,Text Box: Letakan ikan lele di akuarium dan campurkan larutan air sirih,Text Box: Rendam selama 7 hari ,Text Box: Siapkan aerator didalam akuarium dalam proses perendaman
 
















Gambar 1. Diagram pengobatan pada ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN
            Hasil dari praktikum managemen kesehatan ikan mengenai pengobatan ikan di peroleh data tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Data respon Ikan selama diberi perlakuan daun sirih
No
Hari ke-
Respon
Perlakuan
1.
1
-          Ikan bergerak aktif mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungan aquarium. Tapi tidak lama kemudian ikan menjadi diam.
Daun sirih
2.
2
-          Luka pada tubuh ikan lele semakin melebar.
-          Cenderung diam.
-          Tidak nafsu makan.
-          Salah satu ikan pada aquarium mati
Daun sirih
3.
3
-          Luka pada tubuh ikan lele semakin melebar.
-          Kulit mengelupas dan terjadi borok pada sekitar dirip punggung ikan.
-          Cenderung diam.
-          Tidak nafsu makan
Daun sirih
4.
4
-          Ikan menjadi diam di tepi aquarium, seperti sudah mati. Namun apabila dikejutkan ikan lambat merespon
-          Ikan semakin tidak nafsu makan
Daun sirih
5.
5
-          Kondisi kulit ikan semakin mengelupas
-          Ikan mati dengan kulit yang mengelupas
-          Air pada aquarium menjadi keruh dan bau
Daun sirih
6.
6
-          Tidak dilakukan pengamatan karena semua ikan sudah mati dihari ke 6.
Daun sirih
7.
7
- Tidak dilakukan pengamatan karena semua ikan sudah mati dihari ke 6.
-
            Pada tabel diatas telah dijelaskan pada setiap respon yang dilakukan ikan selama masa pengamatan atau selama diberi pengobatan dengan daun sirih. Hasil pengamatan terhadap gejala klinis dari ikan sebelum dan sesudah perendaman dengan daun sirih menunjukan perbedaan yang nyata. sebelum perendaman, ikan yang terserang parasit menunjukan gejala terdapat bintik-bintik pada sekitar sirip perut ikan, serta terdapat luka pada sepanjang sirip punggung ikan. Pada bagian kepala ikan pun terdapat luka seperti luka borok.
Sering juga tampak selaput putih abu-abu pada lensa mata ikan. ikan yang telah terinfeksi berat oleh parasit ini akan tampak lemah, sering menyendiri dan menggosok-gosokan ke dasar kolam. selanjutnya ikan akan mengapung atau berada pada permukaan bila mana insang sudah penuh kista parasite. Parasit  yang menyerang insang mengakibatkan insang berwarna merah kehitaman, lamella insang berwarna pucat dan hilangnya fungsi insang, setelah perendaman, ikan yang terserang parasit menunjukan perubahan seperti warna pada tubuh kembali cerah dimana bintik tubuh yang ada pada kulit sudah hilang, juga pada sirip ekor, punggung, dada dana perut. Kondisi mata kembali seperti pada saat ikan masih sehat yaitu kehitaman pada lensa mata tampak bening.
Senyawa-senyawa chavicol, alilpirokatekol, kavibetol, kavibetol asetat dan alipirolatekoldiasetat masing-masing pada kadar 200 ug/ml dapat membunuh sempurna C.elegans. Penggunaan daun sirih untuk pengendalian parasit helminths pada ikan perlu melalui uji pendahuluan untuk mengetahui konsentrasi optimal  daun sirih yang dapat menghambat pertumbuhan parasit helminths tetapi aman digunakan untuk ikan. Selain itu, dalam melakukan pengobatan juga perlu dipertimbangkan cara parasit melakukan penetrasi ke ikan yang akan menentukan metode pengobatan yang dipilih. ukuran ikan, dan spesies ikan yang akan diobati. ukuran dan spesies yang berbeda akan menghasilkan sensivitas yang berbeda terhadap obat yang diaplikasikan (Abadnego 2012).

KESIMPULAN DAN SARAN
            Selama dilakukan pengamatan selama tujuh hari, ikan mengalami kematian pada hari kedua dan kelima. Sebelum mengalami kematian, ikan menunjukkan gejala-gejala yang sangat miris. Pada ikan pertama luka yang dialami ikan tersebut semakin membesar, hal tersebut pun sama dengan yang dialami oleh ikan kedua. Namun, hanya waktu kematiannya yang berbeda. Sebelum mati pun, tubuh ikan berubah menjadi warna putih pucat.
Sebaiknya pengamatan dilakukan secara rutin dan teliti. Serta pemberian kadar daun sirih secara tepat, agar praktikum pengobatan ikan berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Abadnego, B. 2012. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Bandung: Indonesia  Publishing House.

Alifuddin, M. 2003. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Vol. 4 (2): 115-123.

Angka, S. L. 1997. Studi Karakterisasi dan Patologi Aeromonas hydrophila pada  ikan lele Dumbo (Clarias gariepinus).Makalah Falsafah Sains. Program          Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Departemen Kesehatan republik Indonesia. 1986. Parameter Standar Umum         Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan     Makanan.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta: UGM Press.

Kordi, G. 2004. Penaggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta: PT Rineka       Cipta dan PT Bina Adiaksara.

Kristanti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M dan Kurniadi, B. 2008. Buku Ajar         Fitokimia. Surabaya : Airlangga University Press.

Mulia, D.S. 2012. Vaksinasi Lele Dumbo. Purwokerto: Pustaka Belajar.

Nio, K.O. 1989. Zat-zat Toksik yang Secara Alamiah Ada pada Bahan Makanan   Nabati. Cermin Dunia Kedokteran. no. 58.

Padmawinata, K. 1996. Metode Fitokimia. (Terjemahan). Harbone J. B.     Phytochemical Methods. New York. Chapman and Hall.

Pedrosa. C. Grain, W., dan Sasaina, E. 1978. Acta Manila Phytochemical,  Microbiological and Pharmacological screening of Medical Plants.          University of Santo Thomas. Filipina.

Pelczar, J.M. dan E.C.S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi, jilid I (Terjemahan       Elements of Microbiology oleh Hadioetomo, R. S., I. Teja, S. S  Tjitrosomo, & S. L. Angka). Jakarta: UI Press.

Prapanza, I dan Marianto, A. 2003. Khasiat dan Manfaat Sambiloto. Jakarta :        Pustaka Agromedia.

Saanin. H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I. Binacipta: Bandung.

LAMPIRAN





Gambar 2. Pengamatan hari ke 2            Gambar 3. Pengamatan hari ke 3




Gambar 4. Pengamatan hari ke 4             Gambar 5. Pengamatan hari ke 5








Tidak ada komentar:

Posting Komentar