
Hari/Tanggal: Senin, 16 April 2018
IDENTIFIKASI PARASIT
Trisda Sela Mutiara
4443160022
Kelompok 4
4B
JURUSAN
PERIKANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018

Abstrak
Manajemen kesehatan ikan merupakan salah
satu bidang ilmu yang mempelajari mengenai kondisi kesehatan suatu ikan yaitu
baik kondisi normal atau tidaknya kondisi suatu ikan. Parasit adalah organisme
yang hidupnya dapat menyesuaikan diri dan merugikan organisme lain yang
ditempati (inangnya) dan menyebabkan penyakit. Praktikum mengenai identifikasi
parasite dilakukan pada hari senin, 16 April 2018, pukul 15.30 sampai pukul
17.30 WIB.Bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan (BDP). Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan langsung dengan
mengambil bagian lendir pada permukaan kulit ikan, insang dan usus kemudian
dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Tujuan dari praktikum
identifikasi parasit pada ikan air tawar adalah untuk mengetahui jenis-jenis
parasit yang terdapat pada ikan-ikan air tawar dan air laut. Hasil yang didapat
pada praktikum ini adalah menunjukkan bahwa terdapat parasit yang ditemukan
pada ikan yaitu Learnea sp., Chilodonella, Gyrodactylus, Myxobolus
sp.,Epistylis sp., Argulus sp., Temnocephala, Cacing Capillaria, Dactylogyrus sp. dan Trichodina sp.
Kata Kunci : Ikan, Kesehatan
Ikan, Parasit
PENDAHULUAN
Potensi
budidaya yang besar selama ini, telah banyak digalakkan. Namun, Jika berbicara
masalah produksi yang terkait dengan budidaya, maka tidak terlepas dari adanya
serangan penyakit. Masalah penyakit tidak dapat diabaikan karena dapat
menyebabkan kematian masal pada ikan. Pada intinya kesehatan ikan dapat menjadi
terkontrol apabila semua aspek lingkungan telah terkontrol pula.
Manajemen kesehatan ikan
merupakan salah satu bidang ilmu yang mempelajari mengenai kondisi kesehatan
suatu ikan yaitu baik kondisi normal atau tidaknya kondisi suatu ikan. Penyakit
pada ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai pada ikan khususnya
dalam bidang budidaya perikanan. Penyakit tersebut dapat disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur, maupun parasit. Parasit adalah organisme yang hidupnya dapat
menyesuaikan diri dan merugikan organisme lain yang ditempati (inangnya) dan
menyebabkan penyakit.
Parasit dapat merugikan
inangnya karena mengambil nutrient dari inang yang dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan lokasi penempelannya, parasit dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu
ektoparasit, mesoparasit, dan endoparasit. Ektoparasit adalah suatu parasit
yang hidup di kulit, insang, dan bagian permukaan luar tubuh. Endoparasit
adalah parasit yang hidup di dalam sel organ. Sedangkan mesoparasit adalah
parasit yang hidupnya diantara ektoparasit dan endoparasit. Mesoparasit dapat
ditemukan di kolon usus atau rongga tubuh lainnya (Adji 2008 diacu dalam Ali 2013). Oleh karena itu,
untuk mengetahui parasit yang terdapat pada ikan terutama pada ikan ait tawar,
maka dilakukanlah suatu praktikum mengenai identifikasi parasit pada ikan air
tawar dengan melihat parasit yang berupa parasit ektoparasit pada lendir ikan yang digunakan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Penyakit ikan adalah
segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Gangguan pada ikan dapat disebabkan oleh organisme lain,
pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan (Afrianto
2009 diacu dalam Herlina 2016).
Penyakit ikan tidak timbul sebagai kejadian mandiri tanpa adanya dukungan dari
faktor lain tetapi merupakan hasil interaksi antara jasad penyebab penyakit itu
sendiri dan kondisi lingkungan hidupnya. Interaksi yang tidak serasi ini
menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang
dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit (Kordi 2004
diacu dalam Arbie et al 2014). Dengan kata lain penyakit
merupakan interaksi yang tidak serasi antara ikan dengan faktor biotik
(organisme) dan faktor abiotik (lingkungan). Interaksi yang tidak serasi ini
akan menimbulkan stress pada ikan sehingga menyebabkan daya pertahanan tubuh
menurun dan akibatnya mudah timbul berbagai penyakit. Menurut Usman (2007)
menyatakan bahwa faktor biotik yang dimaksud yang merugikan ikan di dalam
ekosistem dapat dibagi atas tiga kelompok besar yakni: Parasit, yaitu organisme yang hidup dan
memperoleh makanan dari host (inang) yang ditumpanginya. Kedalam golongan ini
termasuk bakteri, protozoa, virus, crustacea (udang renik), cacing dan jamur. Hama, yaitu organisme yang mengganggu atau
merusak ikan secara fisik contohnya Tryonix sp (bulus), Egretta sp (burung
kuntul), ular air (Cerberus rhyncops) dan lain-lain. Predator, yakni hewan
karnifora pemangsa misalnya Varanus salvador (biawak) Kompetitor, yakni organisme yang merupakan
pesaing dalam memperoleh oksigen, ruang dan makanan seperti ikan-ikan liar,
belut dan lain-lain.
Menurut Usman (2007) faktor
non biotik yang sering juga disebut sebagai faktor non parasiter, terdiri beberapa
faktor, antara lain; Faktor lingkungan;
Diantara faktor lingkungan yang dapat merugikan kesehatan ikan ialah pH air
yang terlalu tinggi atau rendah, kandungan oksigen yang rendah, temperatur yang
berubah secara tiba-tiba, adanya gas beracun serta kandungan racun yang berada
di dalam air yang berasal dari pestisida, pupuk, limbah pabrik , limbah rumah
tangga dan lain-lain. Pakan. Penyakit
dapat timbul karena kualitas pakan yang diberikan tidak baik. Gizi rendah,
kurang vitamin, busuk atau telalu lama disimpan serta pemberian pakan yang
tidak tepat. Turunan. Penyakit turunan
atau genetis dapat berupa bentuk tubuh yang tidak normal dan pertumbuhan yang
lambat Sesuai dengan sifatnya, maka penyakit dapat digolongkan menjadi dua
yakni penyakit infektif dan penyakit non-infektif. Penyakit infektif adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme pathogen yang berasal dari virus,
bakteri, jamur ataupun parasit. Adapun penyakit non infektif adalah penyakit
yang disebabkan oleh gangguan non pathogen seperti nutrisi (makanan), kualitas
air, bahan toxic, dan genetik (Susanto 2009 diacu
dalam Yuliartati 2011). Pemicu terjadinya serangan penyakit antara lain
adanya ketidakseimbangan antara daya dukung lingkungan dengan kuantitas
produksi dalam satu areal budidaya (infeksi tidak seimbang antara ikan,
pathogen, dan lingkungannya). Ditambahkan oleh Anshary (2008) bahwa salah satu
bentuk hubungan simbiosis adalah parasitisma, dimana ciri khas hubungan
simbiosis ini adalah salah satu jenis organisme yang disebut “parasit” hidup
dan mendapat keuntungan dari organisme lainnya yang disebut “inang”.
Parasit dapat didefinisikan sebagai organisme
yang hidup pada organisme lain, yang disebut inang, dan mendapat keuntungan
dari inang yang ditempatinya hidup, sedangkan inang menderita kerugian. Parasit
memiliki habitat tertentu dalam tubuh inangnya (Anshary 2008 diacu dalam Herlina 2016). Beberapa
golongan parasit yang bersifat ektoparasit antara lain adalah ciliata, beberapa
flagellata, monogenea, copepod, isopod, branchiuran dan lintah, sedangkan endoparasit
adalah parasit yang ditemukan pada organ bagian dalam inang. Golongan parasit
yang masuk kelompok endoparasit antara lain adalah digenea, cestoda, nematoda,
acantocephala, coccidia, microsporidia, dan amoeba. Selanjutnya Kabata dalam
Anshary (2008) menambahkan istilah yang disebut Mesoparasit untuk memberikan
istilah pada parasit yang menginfeksi ikan dimana sebagian dari tubuh parasit
menembus sampai organ dalam tubuh inang sedangkan bagian tubuh lainnya berada
diluar tubuh inang. Contoh mesoparasit adalah parasit Lernaeocera sp yang hidup pada rongga insang ikan gadid dan dapat
menembus jantung ikan untuk mengisap darah (Anshary 2008 diacu dalam Yuliartati 2011).
Pada kegiatan budidaya
ikan berlangsung dengan kegiatan perikanan lainya pada wilayah yang sama
sehingga kondisi serupa dengan kondisi system budidaya terpadu. Dengan kondisi
seperti itu dapat menciptakan ekosisitem atau lingkungan yang dapat mendukung
kehidupan parasite tersebut. Di mana tersedia inang (definitive, inermerdier,
maupun transport), hal ini sangat menguntungkan bagi parasite. Dan dalam
akuakultur kesehatan ikan adalah yang penting karena sangat mempengaruhi jumlah
hasil yang dapat dipanen. Ada juga yang mempengaruhi tumbuhnya parasite pada
ikan yaitu kebiasaan makannya. Kebiasaan makan ini berhudungan dengan status
ikan dalam siklus hidup parasit. Ikan karnivora umumnya sebagai inang antara
kedua, ketiga atau inang akhir. Ikan yang memiliki makanan yang spesifik akan
memiliki parasite yang terbatas, sebaliknya ikan yang meiliki banyak jenis
makanan akan memiliki banyak jenis parasite (Tobing 2000)
METODOLOGI
Praktikum kali ini tentang parasit
pada ikan yang dilakukan di laboratorium BDP ( Budidaya Perikanan ) Jurusan
Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pada hari
Senin, tanggal 16 April 2018 pukul 15.30 sampai dengan 17.30
Alat yang digunakan pada praktikum
kali ini yaitu cawan petri, pisau, mikroskop dan kaca preparat. Sedangkan untuk
bahan yang digunakan yaitu Ikan kembung, bandeng, ikan cupang, ikan lele dan
air.
Prosedur kerja pada praktikum ini
yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, ambil lender, insang dan usus
ikan tanpa membelah bagian perutnya. Usus diambil melalui insang. Kemudian,
cacah bagian insang dan usus selanjutnya letakkan di kaca preparat. Kemudian
tetesi dengan laturan finologi dan amati dibawah mikroskop.
![]() |
Gambar 1.
Diagram alir uji parasit
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum
mengenai identifikasi parasite pada ikan air tawar dan ikan air laut. Berikut
hasil yang didapatkan sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Identifikasi Parasit
Nama
Ikan
|
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
Nama Parasit
/cacing
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ikan Cupang (Betta splendens) kel (1)
Ikan Cupang (Betta splendens) kel (2)
Ikan Lele (Clarias batrachus) kel (5)
|
![]()
(Insang)
(Insang)
(Lendir)
(Usus)
(Usus)
(Insang)
![]()
(Lendir)
![]()
(Insang)
![]()
(Usus)
|
![]()
![]() ![]() ![]() |
Learnea sp.
Dactylogytus sp.
Chilodonella
Gyrodactylus
Myxobolus sp.
Trichodina sp.
Learnea sp.
Epistylis sp.
Argulus sp.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ikan kembung (Rastrelliger sp.) kel (3)
|
![]() |
![]() |
Trichodina sp.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
![]() |
![]() |
Temnocephala
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
![]() |
![]() |
Cacing Capillaria
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
(Usus)
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ikan kembung (Rastrelliger sp.) kel (4)
|
![]() |
![]() |
Trichodina sp.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
(Lendir)
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
![]() |
![]() |
Temnocephala
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
(Insang)
![]() |
![]() |
Learnea sp.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
(Usus)
|
|
|
Hasil yang didapatkan dari pengamatan yang telah dilakukan terdapat
beberapa nama parasit yang berbeda pada setiap jenis ikan air tawar dan air
laut. Salah satunya terdapat parasit yang menginfeksi bagian insang, usus, dan
bagian lendir yaitu Learnea sp., Chilodonella, Gyrodactylus, Myxobolus sp.,Epistylis sp., Argulus sp., Temnocephala, Cacing Capillaria, Dactylogyrus
sp. dan Trichodina sp. Hal ini
mengindikasi bahwa di alam atau di sekitar areal budidaya terdapat adanya
beberapa jenis parasit yang dapat menginfeksi ikan bila tidak dilakukan
pencegahan dan pengobatan lebih lanjut. Berdasarkan jenis parasit yang
ditemukan merupakan penyakit yang umum ditemukan pada pemeliharaan ikan baik
itu dikolam maupun di keramba menambahkan parasit sering disebabkan oleh
protozoa lebih banyak dikarenakan stress pada waktu pengangkutan, serta tingkat
kepadatan yang tinggi.
Adapun klasifikasi
dari parasit Dactylogyrus sp. menurut Gusrina (2008) adalah sebagai berikut:
Filum : Vermes
Sub filum : Platyhelminthes
Klas : Trematoda
Ordo : Monogenea
Famili : Dactylogyridae
Sub family : Dactylogyrinae
Genus : Dactylogyrus
Filum : Vermes
Sub filum : Platyhelminthes
Klas : Trematoda
Ordo : Monogenea
Famili : Dactylogyridae
Sub family : Dactylogyrinae
Genus : Dactylogyrus
Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang
ikan air tawar, payau dan laut. Irawan (2004) mengemukakan bahwa ikan yang terserang Dactylogyrus sp biasanya
akan menjadi kurus, berenang menyentak-nyentak, tutup insang tidak dapat
menutupi dengan sempurna karena insangnya rusak, dan kulit ikan kelihatan tak
bening lagi selanjutnya Gusrina (2008), mengemukakan gejala infeksi Dactylogyrus sp pada
ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih, Insang
yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan.
Dactylogyrus sp sering menyerang ikan di kolam
yang kepadatannya tinggi dan ikan-ikan yang kurang makan lebih sering terserang
parasit ini dibanding yang kecukupan pakan. (Effendi 2002) Parasit cacing
ini termasuk parasit yang perlu diperhatikan, karena secara nyata dapat merusak
filament insang, dan relatif lebih sulit dikendalikan dan penyakit ini sangat
berbahaya karena biasanya menyerang ikan bersamaan dengan parasit lain Pada
infeksi Gyrodactylus sp gejala yang dimbulkan hampir sama
dengan infeksi oleh Dactylogyrus sp. Karena keduanya merupakan parasit
yang menyerang insang ikan
Parasit Dactylogyrus sp sering menyerang pada
bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Menurut Yuliartati (2011) dalam
(Herlina 2016) bila cacing ini menyerang insang dalam jumlah banyak ikan dapat
mengalami kematian. Karena pengeluaran lendir yang terlalu banyak dari insang,
sehingga insang bisa mengering (irritation). Parasit ini mengambil sari-sari
makanannya pada inang dengan mengunakan jangkar dan alat penghisap. Trichodina sp. adalah parasit yang
menyerang hampir semua spesies ikan tawar, dan termasuk salah satu parasit yang
kosmopolit karena ditemukan hampir di seluruh perairan. Intensitas serangan
parasit Trichodina sp, dapat
menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lamban (kekerdilan), periode pemeliharaan
lebih lama, yang bisa meningkatkan biaya produksi. Pada tahap tertentu,
serangan parasit Trichodina sp tidak
hanya bisa menurunkan jumlah hasil panen, akan tetapi pada tahap yang lebih
jauh dapat menyebabkan kegagalan panen.
Gyrodactylus
memiliki badan yang berbentuk bulat dan panjang dan memilki ukuran 0,2 – 0,5
mm. Pada ujung anterior terdapat dua cuping. Setiap cuping memiliki kepala dan
memiliki usus bercabang dua dimana ujungnya tidak bersatu. Parasit ini tidak
memiliki vitelaria atau bersatu dengan ovari. Siklus Gyrodactylus sp. dari larva hingga menjadi dewasa membutuhkan waktu
kira-kira 60 jam.
Gyrodactylus sp. ini sering ditemukan menginfeksi ikan-ikan air tawar seperti Ikan Mas (Cyprinus carpio), Betutu (Oxyeleotris marmorata) Nila (Oreochromis niloticus) dan lainnya. Pada umumnya berkumpul/bergerombol di sekitar kulit dan sirip ikan, meskipun kadang-kadang juga ditemukan di insang (secara umum Dactylogyrus lebih menyukai insang) (Dedi 2010). Infeksi berat dapat mematikan 30-100% dalam tempo beberapa minggu; terutama sebagai akibat infeksi sekunder oleh bakteri dan cendawan. Adapun gejalagejala klinis yang ditimbulkan yaitu :
Nafsu makan menurun, lemah, tubuh berwarna gelap, pertumbuhan lambat, dan produksi lendir berlebih.
Gyrodactylus sp. ini sering ditemukan menginfeksi ikan-ikan air tawar seperti Ikan Mas (Cyprinus carpio), Betutu (Oxyeleotris marmorata) Nila (Oreochromis niloticus) dan lainnya. Pada umumnya berkumpul/bergerombol di sekitar kulit dan sirip ikan, meskipun kadang-kadang juga ditemukan di insang (secara umum Dactylogyrus lebih menyukai insang) (Dedi 2010). Infeksi berat dapat mematikan 30-100% dalam tempo beberapa minggu; terutama sebagai akibat infeksi sekunder oleh bakteri dan cendawan. Adapun gejalagejala klinis yang ditimbulkan yaitu :
Nafsu makan menurun, lemah, tubuh berwarna gelap, pertumbuhan lambat, dan produksi lendir berlebih.
Klasifikasi Gyrodactylus sp. menurut Gusrina (2008)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Monogenea
Order : Monopisthocotylea
Family : Gyrodactylogyridae
Genus : Gyrodactylus
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Monogenea
Order : Monopisthocotylea
Family : Gyrodactylogyridae
Genus : Gyrodactylus
Klasifikasi Lernea sp. menurut Gusrina (2008) adalah sebagai berikut :
Kerajaan: Animalia
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Subphylum: Crustacea
Kelas: Maxillopoda
Subclass: Copepoda
Urutan: Cyclopoida
Keluarga: Lernaeidae
Genus: Lernaea
Lernaea (juga salah dieja Lernea) atau biasanya disebut cacing
jangkar, merupakan parasit pada ikan air tawar tapi dia juga menyerang ikan air
payau. Di sebut cacing jangkar karena pada bagian kepalanya terdapat organ yang
menyerupai jangkar, sehingga dengan perantaraan organ inilah cacing jangkar
menempelkan dirinya ke tubuh ikan. Pada stadium copepodid, cacing jangkar ini
hidup di sekeliling tubuh ikan dan menggigit kulit/lendir ikan. Pada stadium
ini, cacing tersebut sangat peka terhadap beberapa jenis obat-obatan. Memasuki
stadium dewasa, cacing ini cacing dibagi menjadi dua kelompok, yaitu stadium
cyclopoid dan stadium dewasa. Selama stadium cyclopoid, lernea hidup di
sekeliling tubuh ikan dan juga tidak tahan terhadap pengaruh obat-obatan. Cacing
jangkar betina akan menusukkan kepalanya ke jaringan kulit/daging ikan. Pada
bagian yang ditusuk akan terlihat luka dan membengkak, namun karena ukurannya
masih terlalu kecil, agak sulit untuk melihatnya dengan mata biasa. Individu
dewasa sudah dapat dilihat dengan mata biasa. Bagian tubuhnya yang terdapat di
luar tubuh ikan akan tampak membesar, karena mempunyai sepasang kantung telur.
Jika telurnya menetas, maka nauplius akan berenang keluar dari dalam kantung
untuk mencari ikan.
Penularan penyakit dan parasit dapat terjadi melalui beberapa
mekanisme, antara lain melalui kontak langsung antara ikan sakit dan ikan
sehat, bangkai ikan sakit maupun melalui air, penularan ini biasanya terjadi
dalam satu kolam budidaya. Mekanisme penularan lainnya adalah melalui peralatan
dan melalui pemindahan ikan dari daerah wabah dan ke daerah yang bukan wabah
(Sunarto 2005).
KESIMPULAN
Parasit adalah organisme yang hidup pada tubuh
organisme lain dan umumnya menimbulkan efek negative pada organisme yang
ditempatinya tersebut. Sehingga perlu adanya penanganan pencegahan yang tepat
agar parasite ini tidak menimbulkan kematian pada ikan tersebut dan juga
ikan-ikan lain. Dan pada ikan yang di amati terdapat banyak parasit bersifat
zoonosis.
Untuk praktikum selanjutnya ikan yang akan di ambil
lendirnya harus ikan yang masih segar jika ikan laut agar lender-lendir pada
permukaan kulit ikan dapat di ambil lebih banyak dan parasite – parasite yang
diamati pun akan lebih banyak. Dan lebih mengikuti prosedur yang sudah
ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Adji, Arie O.S, 2008. Studi Keragaman Cacing
Parasitik pada Saluran Pencernaan
Ikan
Gurami (Osphronemus gourami) dan Ikan
Tongkol (Euthynnus spp.).
[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor Fakultas
Kedokteran Hewan.
Ali, Sufriyanto. 2013. Identifikasi
Ektoparasit pada Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)
di Danau Limboto Provinsi Gorontolo. Jurnal Kesehatan Ikan
Institut
Pertanian Bogor. [Online]. Tersedia:http://ipb.ac.id/jurnal-parasit-
pada-ikan-nila[18
April 2018].
Afrianto E, Liviawaty E, Jamaris Z, Hendi.
2015. Penyakit Ikan. Jakarta :Penebar
Swadaya
Anshary, H. 2008. Modul Pembelajaran Parasitologi Ikan. Program Studi Budidaya Perairan
Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.
Arbie. M.,
Syamsudin., dan Mulis. 2014. Prevalensi Dan Intensitas Trichodina sp Pada Kulit Dan
Insang Ikan Mas (Cyprinus carpio) Di
Balai Pengembangan Budidaya Ikan
Air Tawar (bpbiat) Gorontalo. Jurnal Mahasiswa. Program Studi
Budidaya Perairan, Jurusan Teknologi Perikanan,Fakultas
Ilmu-Ilmu Pertanian, Universitas negeri Gorontalo.
Dedi, V. A, G.K. Petrushevski 2010. Parasitology of Fishes. Leninggrad
Univ. Press (English transl. 1961, Z. Kabata. Oliver and Boyd, Edinburgh).
Effendi, Moch ichsan. 2002. Biologi Perikanan. Jakarta: Yayasan
Pustaka Nusantara
Gusrina. 2008. Kriteria Ikan Terinfeksi, Sakit, Tertular, Sembuh dan Sehat.
Materi Seminar HPIK. Bogor: BpLPP
Herlina. S. 2016. Prevalensi dan Identifikasi
Ektoparasit pada Ikan Patin (Pangasius djambal) pada Kolam Tadah
Hujan di Kecamatan Seruyan Hilir
Kabupaten Seruyan. Jurnal Ilmu Hewani Tropika Vol 5. No. 1 : 2301-7783.
Irawan. 2004 Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT. Asdi Mahasatya.Jakarta.
Kordi. 2004 Parasites and Disease of Fish Culture In the Tropics. Taylor and Francis. London
and Philadelpia.
Sunanto. 2005. Marine Fish Parasitology : An Outline, Weinheim. New
York. Pwn-Polish Scientific Publishers. Warszawa. (Diacu dalam Lenny L, Tobing. 2000. [SKRIPSI]).
Susanto, H. 2009. Pembenihan dan Pembesaran Patin. Penebar Swadaya. Jakarta
Tobing, Lenny L.
2000. Inventarisasi Prasit Metazoa Pada Ikan Gabus Laut (Saurida undosquamis
Richardson, 1848), Ikan Samgeh (Atrobucca
nibe Jordan dan Thompson, 1911)
dan Ikan Gelang Mudin (Upeneus taeniopterus Cuvier, 1829) dari
Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Ratu, Jawa
Barat. [SKRIPSI]. Bogor. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Usman,
R. 2007. Parasit dan Penyakit Ikan
filetype. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Bung Hatta.
Yuliartati,
E. 2011. Tingkat serangan ektoparasit pada ikan patin (Pangasius djambal)
pada beberapa pembudidaya ikan di kota Makassar. [SKRIPSI]’ Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan Dan
Perikanan Universitas Hasanuddin
Makassar.
![]() |
|
|

|
|
|
|



Tidak ada komentar:
Posting Komentar