Selasa, 28 Agustus 2018

IDENTIFIKASI PARASIT


Praktikum ke-2
Hari/Tanggal: Senin, 16 April 2018

IDENTIFIKASI PARASIT

Trisda Sela Mutiara
4443160022
Kelompok 4
4B

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
 

Abstrak

Manajemen kesehatan ikan merupakan salah satu bidang ilmu yang mempelajari mengenai kondisi kesehatan suatu ikan yaitu baik kondisi normal atau tidaknya kondisi suatu ikan. Parasit adalah organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri dan merugikan organisme lain yang ditempati (inangnya) dan menyebabkan penyakit. Praktikum mengenai identifikasi parasite dilakukan pada hari senin, 16 April 2018, pukul 15.30 sampai pukul 17.30 WIB.Bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan (BDP). Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan langsung dengan mengambil bagian lendir pada permukaan kulit ikan, insang dan usus kemudian dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Tujuan dari praktikum identifikasi parasit pada ikan air tawar adalah untuk mengetahui jenis-jenis parasit yang terdapat pada ikan-ikan air tawar dan air laut. Hasil yang didapat pada praktikum ini adalah menunjukkan bahwa terdapat parasit yang ditemukan pada ikan yaitu Learnea sp., Chilodonella, Gyrodactylus, Myxobolus sp.,Epistylis sp., Argulus sp., Temnocephala, Cacing Capillaria, Dactylogyrus sp. dan Trichodina sp.
Kata Kunci : Ikan, Kesehatan Ikan, Parasit

PENDAHULUAN
            Potensi budidaya yang besar selama ini, telah banyak digalakkan. Namun, Jika berbicara masalah produksi yang terkait dengan budidaya, maka tidak terlepas dari adanya serangan penyakit. Masalah penyakit tidak dapat diabaikan karena dapat menyebabkan kematian masal pada ikan. Pada intinya kesehatan ikan dapat menjadi terkontrol apabila semua aspek lingkungan telah terkontrol pula.
Manajemen kesehatan ikan merupakan salah satu bidang ilmu yang mempelajari mengenai kondisi kesehatan suatu ikan yaitu baik kondisi normal atau tidaknya kondisi suatu ikan. Penyakit pada ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai pada ikan khususnya dalam bidang budidaya perikanan. Penyakit tersebut dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, maupun parasit. Parasit adalah organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri dan merugikan organisme lain yang ditempati (inangnya) dan menyebabkan penyakit.
Parasit dapat merugikan inangnya karena mengambil nutrient dari inang yang dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan lokasi penempelannya, parasit dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu ektoparasit, mesoparasit, dan endoparasit. Ektoparasit adalah suatu parasit yang hidup di kulit, insang, dan bagian permukaan luar tubuh. Endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam sel organ. Sedangkan mesoparasit adalah parasit yang hidupnya diantara ektoparasit dan endoparasit. Mesoparasit dapat ditemukan di kolon usus atau rongga tubuh lainnya (Adji 2008 diacu dalam Ali 2013). Oleh karena itu, untuk mengetahui parasit yang terdapat pada ikan terutama pada ikan ait tawar, maka dilakukanlah suatu praktikum mengenai identifikasi parasit pada ikan air tawar dengan melihat parasit yang berupa parasit ektoparasit  pada lendir ikan yang digunakan.

TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan pada ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan (Afrianto 2009 diacu dalam Herlina 2016). Penyakit ikan tidak timbul sebagai kejadian mandiri tanpa adanya dukungan dari faktor lain tetapi merupakan hasil interaksi antara jasad penyebab penyakit itu sendiri dan kondisi lingkungan hidupnya. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit (Kordi 2004 diacu dalam Arbie et al 2014). Dengan kata lain penyakit merupakan interaksi yang tidak serasi antara ikan dengan faktor biotik (organisme) dan faktor abiotik (lingkungan). Interaksi yang tidak serasi ini akan menimbulkan stress pada ikan sehingga menyebabkan daya pertahanan tubuh menurun dan akibatnya mudah timbul berbagai penyakit. Menurut Usman (2007) menyatakan bahwa faktor biotik yang dimaksud yang merugikan ikan di dalam ekosistem dapat dibagi atas tiga kelompok besar yakni:  Parasit, yaitu organisme yang hidup dan memperoleh makanan dari host (inang) yang ditumpanginya. Kedalam golongan ini termasuk bakteri, protozoa, virus, crustacea (udang renik), cacing dan jamur.  Hama, yaitu organisme yang mengganggu atau merusak ikan secara fisik contohnya Tryonix sp (bulus), Egretta sp (burung kuntul), ular air (Cerberus rhyncops) dan lain-lain. Predator, yakni hewan karnifora pemangsa misalnya Varanus salvador (biawak)  Kompetitor, yakni organisme yang merupakan pesaing dalam memperoleh oksigen, ruang dan makanan seperti ikan-ikan liar, belut dan lain-lain.
Menurut Usman (2007) faktor non biotik yang sering juga disebut sebagai faktor non parasiter, terdiri beberapa faktor, antara lain;  Faktor lingkungan; Diantara faktor lingkungan yang dapat merugikan kesehatan ikan ialah pH air yang terlalu tinggi atau rendah, kandungan oksigen yang rendah, temperatur yang berubah secara tiba-tiba, adanya gas beracun serta kandungan racun yang berada di dalam air yang berasal dari pestisida, pupuk, limbah pabrik , limbah rumah tangga dan lain-lain.  Pakan. Penyakit dapat timbul karena kualitas pakan yang diberikan tidak baik. Gizi rendah, kurang vitamin, busuk atau telalu lama disimpan serta pemberian pakan yang tidak tepat.  Turunan. Penyakit turunan atau genetis dapat berupa bentuk tubuh yang tidak normal dan pertumbuhan yang lambat Sesuai dengan sifatnya, maka penyakit dapat digolongkan menjadi dua yakni penyakit infektif dan penyakit non-infektif. Penyakit infektif adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme pathogen yang berasal dari virus, bakteri, jamur ataupun parasit. Adapun penyakit non infektif adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan non pathogen seperti nutrisi (makanan), kualitas air, bahan toxic, dan genetik (Susanto 2009 diacu dalam Yuliartati 2011). Pemicu terjadinya serangan penyakit antara lain adanya ketidakseimbangan antara daya dukung lingkungan dengan kuantitas produksi dalam satu areal budidaya (infeksi tidak seimbang antara ikan, pathogen, dan lingkungannya). Ditambahkan oleh Anshary (2008) bahwa salah satu bentuk hubungan simbiosis adalah parasitisma, dimana ciri khas hubungan simbiosis ini adalah salah satu jenis organisme yang disebut “parasit” hidup dan mendapat keuntungan dari organisme lainnya yang disebut “inang”.
             Parasit dapat didefinisikan sebagai organisme yang hidup pada organisme lain, yang disebut inang, dan mendapat keuntungan dari inang yang ditempatinya hidup, sedangkan inang menderita kerugian. Parasit memiliki habitat tertentu dalam tubuh inangnya (Anshary 2008 diacu dalam Herlina 2016). Beberapa golongan parasit yang bersifat ektoparasit antara lain adalah ciliata, beberapa flagellata, monogenea, copepod, isopod, branchiuran dan lintah, sedangkan endoparasit adalah parasit yang ditemukan pada organ bagian dalam inang. Golongan parasit yang masuk kelompok endoparasit antara lain adalah digenea, cestoda, nematoda, acantocephala, coccidia, microsporidia, dan amoeba. Selanjutnya Kabata dalam Anshary (2008) menambahkan istilah yang disebut Mesoparasit untuk memberikan istilah pada parasit yang menginfeksi ikan dimana sebagian dari tubuh parasit menembus sampai organ dalam tubuh inang sedangkan bagian tubuh lainnya berada diluar tubuh inang. Contoh mesoparasit adalah parasit Lernaeocera sp yang hidup pada rongga insang ikan gadid dan dapat menembus jantung ikan untuk mengisap darah (Anshary 2008 diacu dalam Yuliartati 2011).
Pada kegiatan budidaya ikan berlangsung dengan kegiatan perikanan lainya pada wilayah yang sama sehingga kondisi serupa dengan kondisi system budidaya terpadu. Dengan kondisi seperti itu dapat menciptakan ekosisitem atau lingkungan yang dapat mendukung kehidupan parasite tersebut. Di mana tersedia inang (definitive, inermerdier, maupun transport), hal ini sangat menguntungkan bagi parasite. Dan dalam akuakultur kesehatan ikan adalah yang penting karena sangat mempengaruhi jumlah hasil yang dapat dipanen. Ada juga yang mempengaruhi tumbuhnya parasite pada ikan yaitu kebiasaan makannya. Kebiasaan makan ini berhudungan dengan status ikan dalam siklus hidup parasit. Ikan karnivora umumnya sebagai inang antara kedua, ketiga atau inang akhir. Ikan yang memiliki makanan yang spesifik akan memiliki parasite yang terbatas, sebaliknya ikan yang meiliki banyak jenis makanan akan memiliki banyak jenis parasite (Tobing 2000)

 METODOLOGI
Praktikum kali ini tentang parasit pada ikan yang dilakukan di laboratorium BDP ( Budidaya Perikanan ) Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pada hari Senin, tanggal 16 April 2018 pukul 15.30 sampai dengan 17.30
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu cawan petri, pisau, mikroskop dan kaca preparat. Sedangkan untuk bahan yang digunakan yaitu Ikan kembung, bandeng, ikan cupang, ikan lele dan air.
Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, ambil lender, insang dan usus ikan tanpa membelah bagian perutnya. Usus diambil melalui insang. Kemudian, cacah bagian insang dan usus selanjutnya letakkan di kaca preparat. Kemudian tetesi dengan laturan finologi dan amati dibawah mikroskop.
 








Gambar 1. Diagram alir uji parasit
HASIL DAN PEMBAHASAN
            Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum mengenai identifikasi parasite pada ikan air tawar dan ikan air laut. Berikut hasil yang didapatkan sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Identifikasi Parasit
Nama
Ikan
Gambar
Pengamatan
Gambar
Literatur
Nama Parasit
/cacing
Ikan Cupang (Betta splendens) kel (1)










Ikan Cupang (Betta splendens) kel (2)













Ikan Lele (Clarias batrachus) kel (5)


 (Insang)
 



(Insang)
 



(Lendir)

 



(Usus)


 



(Usus)
 




(Insang)
(Lendir)
(Insang)
(Usus)
11 Jenis Parasit Pada Ikan (Ektoparasit)
Hasil gambar untuk chilodonella,C:\Users\user\Downloads\WhatsApp Image 2018-04-22 at 21.03.49.jpeg
Hasil gambar untuk parasit Gyrodactylus
Hasil gambar untuk Myxobolus sp.
Hasil gambar untuk parasit Trichodina sp




























11 Jenis Parasit Pada Ikan (Ektoparasit)

11 Jenis Parasit Pada Ikan (Ektoparasit)

11 Jenis Parasit Pada Ikan (Ektoparasit)



Learnea sp.



Dactylogytus sp.



Chilodonella




Gyrodactylus





Myxobolus sp.



Trichodina sp.




Learnea sp.



Epistylis sp.



Argulus sp.
Ikan kembung (Rastrelliger sp.) kel (3)
(lendir)

Trichodina sp.






Temnocephala

(Insang)



Cacing Capillaria






(Usus)


Ikan kembung (Rastrelliger sp.) kel (4)

Trichodina sp.

(Lendir)




Temnocephala

(Insang)



Learnea sp.

(Usus)


Hasil yang didapatkan dari pengamatan yang telah dilakukan terdapat beberapa nama parasit yang berbeda pada setiap jenis ikan air tawar dan air laut. Salah satunya terdapat parasit yang menginfeksi bagian insang, usus, dan bagian lendir yaitu Learnea sp., Chilodonella, Gyrodactylus, Myxobolus sp.,Epistylis sp., Argulus sp., Temnocephala, Cacing Capillaria, Dactylogyrus sp. dan Trichodina sp. Hal ini mengindikasi bahwa di alam atau di sekitar areal budidaya terdapat adanya beberapa jenis parasit yang dapat menginfeksi ikan bila tidak dilakukan pencegahan dan pengobatan lebih lanjut. Berdasarkan jenis parasit yang ditemukan merupakan penyakit yang umum ditemukan pada pemeliharaan ikan baik itu dikolam maupun di keramba menambahkan parasit sering disebabkan oleh protozoa lebih banyak dikarenakan stress pada waktu pengangkutan, serta tingkat kepadatan yang tinggi.
Adapun klasifikasi dari parasit Dactylogyrus sp. menurut Gusrina (2008) adalah sebagai berikut:
Filum               : Vermes
Sub filum        : Platyhelminthes
Klas                 : Trematoda
Ordo                : Monogenea
Famili              : Dactylogyridae
Sub family      : Dactylogyrinae
Genus              : Dactylogyrus 
 Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Irawan (2004) mengemukakan bahwa ikan yang terserang Dactylogyrus sp biasanya akan menjadi kurus, berenang menyentak-nyentak, tutup insang tidak dapat menutupi dengan sempurna karena insangnya rusak, dan kulit ikan kelihatan tak bening lagi selanjutnya Gusrina (2008), mengemukakan gejala infeksi Dactylogyrus sp pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih, Insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan.
Dactylogyrus sp sering menyerang ikan di kolam yang kepadatannya tinggi dan ikan-ikan yang kurang makan lebih sering terserang parasit ini dibanding yang kecukupan pakan. (Effendi 2002) Parasit cacing ini termasuk parasit yang perlu diperhatikan, karena secara nyata dapat merusak filament insang, dan relatif lebih sulit dikendalikan dan penyakit ini sangat berbahaya karena biasanya menyerang ikan bersamaan dengan parasit lain Pada infeksi Gyrodactylus sp gejala yang dimbulkan hampir sama dengan infeksi oleh Dactylogyrus sp. Karena keduanya merupakan parasit yang menyerang insang ikan
            Parasit Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Menurut Yuliartati (2011) dalam (Herlina 2016) bila cacing ini menyerang insang dalam jumlah banyak ikan dapat mengalami kematian. Karena pengeluaran lendir yang terlalu banyak dari insang, sehingga insang bisa mengering (irritation). Parasit ini mengambil sari-sari makanannya pada inang dengan mengunakan jangkar dan alat penghisap. Trichodina sp. adalah parasit yang menyerang hampir semua spesies ikan tawar, dan termasuk salah satu parasit yang kosmopolit karena ditemukan hampir di seluruh perairan. Intensitas serangan parasit Trichodina sp, dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lamban (kekerdilan), periode pemeliharaan lebih lama, yang bisa meningkatkan biaya produksi. Pada tahap tertentu, serangan parasit Trichodina sp tidak hanya bisa menurunkan jumlah hasil panen, akan tetapi pada tahap yang lebih jauh dapat menyebabkan kegagalan panen.
             Gyrodactylus memiliki badan yang berbentuk bulat dan panjang dan memilki ukuran 0,2 – 0,5 mm. Pada ujung anterior terdapat dua cuping. Setiap cuping memiliki kepala dan memiliki usus bercabang dua dimana ujungnya tidak bersatu. Parasit ini tidak memiliki vitelaria atau bersatu dengan ovari. Siklus Gyrodactylus sp. dari larva hingga menjadi dewasa membutuhkan waktu kira-kira 60 jam.
Gyrodactylus sp. ini sering ditemukan menginfeksi ikan-ikan air tawar seperti Ikan Mas (Cyprinus carpio), Betutu (Oxyeleotris marmorata) Nila (Oreochromis niloticus) dan lainnya. Pada umumnya berkumpul/bergerombol di sekitar kulit dan sirip ikan, meskipun kadang-kadang juga ditemukan di insang (secara umum Dactylogyrus lebih menyukai insang) (Dedi 2010). Infeksi berat dapat mematikan 30-100% dalam tempo beberapa minggu; terutama sebagai akibat infeksi sekunder oleh bakteri dan cendawan. Adapun gejalagejala klinis yang ditimbulkan yaitu :
Nafsu makan menurun, lemah, tubuh berwarna gelap, pertumbuhan lambat, dan produksi lendir berlebih.
            Klasifikasi Gyrodactylus sp. menurut Gusrina (2008) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Monogenea
Order : Monopisthocotylea
Family : Gyrodactylogyridae
Genus : Gyrodactylus 
            Klasifikasi Lernea sp. menurut Gusrina (2008) adalah sebagai berikut :
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Subphylum: Crustacea
Kelas: Maxillopoda
Subclass: Copepoda
Urutan: Cyclopoida
Keluarga: Lernaeidae
Genus: Lernaea
Lernaea (juga salah dieja Lernea) atau biasanya disebut cacing jangkar, merupakan parasit pada ikan air tawar tapi dia juga menyerang ikan air payau. Di sebut cacing jangkar karena pada bagian kepalanya terdapat organ yang menyerupai jangkar, sehingga dengan perantaraan organ inilah cacing jangkar menempelkan dirinya ke tubuh ikan. Pada stadium copepodid, cacing jangkar ini hidup di sekeliling tubuh ikan dan menggigit kulit/lendir ikan. Pada stadium ini, cacing tersebut sangat peka terhadap beberapa jenis obat-obatan. Memasuki stadium dewasa, cacing ini cacing dibagi menjadi dua kelompok, yaitu stadium cyclopoid dan stadium dewasa. Selama stadium cyclopoid, lernea hidup di sekeliling tubuh ikan dan juga tidak tahan terhadap pengaruh obat-obatan. Cacing jangkar betina akan menusukkan kepalanya ke jaringan kulit/daging ikan. Pada bagian yang ditusuk akan terlihat luka dan membengkak, namun karena ukurannya masih terlalu kecil, agak sulit untuk melihatnya dengan mata biasa. Individu dewasa sudah dapat dilihat dengan mata biasa. Bagian tubuhnya yang terdapat di luar tubuh ikan akan tampak membesar, karena mempunyai sepasang kantung telur. Jika telurnya menetas, maka nauplius akan berenang keluar dari dalam kantung untuk mencari ikan.
Penularan penyakit dan parasit dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, antara lain melalui kontak langsung antara ikan sakit dan ikan sehat, bangkai ikan sakit maupun melalui air, penularan ini biasanya terjadi dalam satu kolam budidaya. Mekanisme penularan lainnya adalah melalui peralatan dan melalui pemindahan ikan dari daerah wabah dan ke daerah yang bukan wabah (Sunarto 2005).

KESIMPULAN
Parasit adalah organisme yang hidup pada tubuh organisme lain dan umumnya menimbulkan efek negative pada organisme yang ditempatinya tersebut. Sehingga perlu adanya penanganan pencegahan yang tepat agar parasite ini tidak menimbulkan kematian pada ikan tersebut dan juga ikan-ikan lain. Dan pada ikan yang di amati terdapat banyak parasit bersifat zoonosis.
Untuk praktikum selanjutnya ikan yang akan di ambil lendirnya harus ikan yang masih segar jika ikan laut agar lender-lendir pada permukaan kulit ikan dapat di ambil lebih banyak dan parasite – parasite yang diamati pun akan lebih banyak. Dan lebih mengikuti prosedur yang sudah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA
Adji, Arie O.S, 2008. Studi Keragaman Cacing Parasitik pada Saluran Pencernaan
Ikan Gurami (Osphronemus gourami) dan Ikan Tongkol (Euthynnus spp.).
[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor Fakultas Kedokteran Hewan.

Ali, Sufriyanto. 2013. Identifikasi Ektoparasit pada Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) di Danau Limboto Provinsi Gorontolo. Jurnal Kesehatan Ikan
Institut Pertanian Bogor. [Online]. Tersedia:http://ipb.ac.id/jurnal-parasit-
pada-ikan-nila[18 April 2018].

Afrianto E, Liviawaty E, Jamaris Z, Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Jakarta :Penebar Swadaya

Anshary, H. 2008. Modul Pembelajaran Parasitologi Ikan. Program Studi Budidaya        Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas           Hasanuddin Makassar.

Arbie. M., Syamsudin., dan Mulis. 2014. Prevalensi Dan Intensitas Trichodina sp Pada Kulit Dan Insang Ikan Mas (Cyprinus carpio) Di Balai         Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar (bpbiat) Gorontalo. Jurnal             Mahasiswa. Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Teknologi Perikanan,Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian, Universitas negeri Gorontalo.


Dedi, V. A, G.K. Petrushevski 2010. Parasitology of Fishes. Leninggrad Univ. Press (English transl. 1961, Z. Kabata. Oliver and Boyd, Edinburgh).

Effendi, Moch ichsan. 2002. Biologi Perikanan. Jakarta: Yayasan Pustaka Nusantara

Gusrina. 2008. Kriteria Ikan Terinfeksi, Sakit, Tertular, Sembuh dan Sehat. Materi Seminar HPIK. Bogor: BpLPP

Herlina. S. 2016. Prevalensi dan Identifikasi Ektoparasit pada Ikan Patin    (Pangasius djambal) pada Kolam Tadah Hujan di Kecamatan Seruyan       Hilir Kabupaten Seruyan.  Jurnal Ilmu Hewani Tropika Vol 5. No. 1 :       2301-7783.

Irawan. 2004 Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT. Asdi Mahasatya.Jakarta.

Kordi. 2004 Parasites and Disease of Fish Culture In the Tropics. Taylor and        Francis. London and Philadelpia.

Sunanto. 2005. Marine Fish Parasitology : An Outline, Weinheim. New York. Pwn-Polish Scientific Publishers. Warszawa. (Diacu dalam Lenny L, Tobing. 2000. [SKRIPSI]).
Susanto, H. 2009. Pembenihan dan Pembesaran Patin. Penebar Swadaya. Jakarta

Tobing, Lenny L. 2000. Inventarisasi Prasit Metazoa Pada Ikan Gabus Laut           (Saurida undosquamis Richardson, 1848), Ikan Samgeh (Atrobucca nibe     Jordan dan Thompson, 1911) dan Ikan Gelang Mudin (Upeneus         taeniopterus Cuvier, 1829) dari Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Ratu,  Jawa Barat. [SKRIPSI]. Bogor. Program Studi Budidaya Perairan,          Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Usman, R. 2007. Parasit dan Penyakit Ikan filetype. Fakultas Perikanan dan          Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta.

Yuliartati, E. 2011. Tingkat serangan ektoparasit pada ikan patin (Pangasius          djambal) pada beberapa pembudidaya ikan di kota Makassar. [SKRIPSI]’     Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas      Hasanuddin Makassar.

 

Gambar 3. Insang Ikan Cupang

 
Gambar 2. Alat Bedah
 
Gambar 6. Parasit Lendir (Chilodonella)
 
Gambar 7. Parasit Insang (Anabas testudineus)
)
 
Gambar 5. Parasit Usus (Cacing Kista)
)
 
Gambar 4. Pengambilan Insang
 
  LAMPIRAN



 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar