
Laporan
praktikum mikrobiologi ke : 5
Hari,
Tanggal : Jumat, 27 Oktober 2017
PENGARUH BAHAN ANTIMIKROBA TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI
Trisda Sela Mutiara
4443150022
Perikanan
3B
Kelompok
4
JURUSAN
PERIKANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017

ABSTRAK
Antimikroba adalah senyawa yang
digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan bakteri yang bersifat merugikan dan
pada pengendalian pertumbuhan mikroorganisme untuk mencegah penyebaran penyakit
dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah
pembusukan serta perusakan bahan oleh mikroorganisme, mekanisme penghambatan
terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri dapat berupa perusakan
dinding sel dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah
selesai terbentuk, perubahan permeabilitas membrane sitoplasma sehingga
menyebabkan keluarnya bahan makanan dari dalam sel, perubahan molekul protein
dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sistesis asam
nukleat,dan protein dan dalam praktikum ini bertujuan mengamati pengaruh
berbagai bahan antimikroba terhadap viabilitas bakteri yang dilakukan pada hari
Jum’at 27 Oktober 2017 pada pukul 08.00 – 10.00 WIB. Dilakukan dilaboratorium
THP (Teknologi hasil Perairan) Jurusan Perikanan,Fakultas Pertanian,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan mendapatkan hasil diameter bening pada
larutan alcohol 70% sebesar 0,8 cm dan pada larutan alcohol 96% diameter bening
sebesar 1,2 cm.
Kata Kunci :
Antimikroba, Bakteri, Mikroorganisme, dan Pertumbuhan
PENDAHULUAN
Mikroba
adalah organism berukuran mikroskopis yang diantara lain terdiri dari bakteri,
fungi dan virus (Waluyo. 2009) dalam interaksinya dengan manusia, mikroba
tersebut ada yang bersifat merugikan, contohnya bakteri pathogen E.Coli dan
kelompok bakteri Coliform dapat
menyebabkan penyakit saluran pencernaan (Waluyo.2009) kapang dan khamir
menyebabkan penyakit karena menghasilkan racun (mikotoksin) dan menginfeksi
permukaan tubuh serta menyerang jaringan dalam tubuh (Ganjar. 2006).
Salah
satu upaya untuk melawan mikroba tersebut adalah dengan menggunakan mikroba
lain yang mempunyai sifat antagonis sebagai penggangu atau penghambat
metabolism mikroba lainnya, mikroba antaginis yang memiliki kemampuan antimikroba tersebut dapat menghasilkan
senyawa antimikroba, senyawa anti mikroba dihasilkan oleh mikroba pada umumnya
merupakan metabolit sekunder yang tidak digunakan untuk proses pertumbuhan
(Schlegel.1993), tetapi untuk pertahanan diri dan kompetisi dengan mikroba lain
dalam mendapatkan nutrisi,habitat,oksigen, cahaya dan lain-lainnya (Baker dan
Crok. 1974). Senyawa antimikroba tersebut dapat digolongkan sebagai antibakteri
tau antifungi (Pelczar dan Chan. 2005).
Mekanisme
penghambatan antibakteri dapat dikelompokan menjadi lima yaitu, menghambat
sintesis dinding sel mikrobia, merusak keutuhan dinding sel mikrobia,
menghambat sintesis protein sel mikrobia, menghambat sintesis asam nukleat, dan
merusak asam nukleat sel mikrobia.
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme
atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme
mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun
bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat
oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata
telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat
seluler.
Pertumbuhan merupakan proses
perubahan bentuk yang semula kecil kemudian menjadi besar. Pertumbuhan
menyangkut pertambahan volume dari individu itu sendiri. Pertumbuhan pada
umumnya tergantung pada kondisi bahan makanan dan juga lingkungan. Apabila
kondisi makanan dan lingkungan cocok untuk mikroorganisme tersebut, maka
mikroorganisme akan tumbuh dengan waktu yang relatif singkat dan sempurna.
Pertumbuhan populasi merupakan akibat dari adanya pertumbuhan
individu, misal dari satu sel menjadi dua, dari dua menjadi empat ,empat
menjadi delapan, dan seterusnya hingga berjumlah banyak. Pada mikroorganisme,
pertumbuhan individu (sel) dapat berubah langsung menjadi pertumbuhan populasi.
Sehingga batas antara pertumbuhan sel sebagai individu serta satu kesatuan
populasi yang kemudian terjadi kadang-kadang karena terlalu cepat perubahannya,
sulit untuk diamati dan dibedakan. Pada pertumbuhan populasi bakteri misalnya,
merupakan penggambaran jumlah sel atau massa sel yang terjadi pada saat
tertentu. Kadang-kadang didapatkan bahwa konsentrasi sel sesuai dengan jumlah
sel perunit volume, sedang kerapatan sel adalah jumlah materi perunit volume.
(Lay 2002)
Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di
dalam persyaratan pertumbuhannya. Bakteri juga memiliki kebutuhan dasar yang
sama meliputi air, karbon, energi, mineral, dan faktor tumbuh. Bakteri
merupakan organisme yang bersifat prokariotik dengan inti tidak berselaput.
Dalam lingkungan, bakteri ini berperan sangat penting dalam menguraikan zat-zat
organik. Bakteri dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu faktor abiotik meliputi kimia dan fisika
serta faktor biotik yang berhubungan dengan makhluk hidup lain. Faktor fisika
mencakup suhu, salinitas, tekanan osmotik, pengeringan, dan lain-lain.
Sedangkan Faktor kimia mencakup pH, DO, amonia, bahkan antimikroba juga
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bakteri. Bahan antimikroba sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bakteri. Akan tetapi tidak semua bahan
antimikroba berpengaruh terlalu kuat terhadap bakteri. Hal ini dipengaruhi oleh
jenis bakteri dan bahan antimikroba itu sendiri. Bahan antimikroba dapat
menghambat perkembangbiakan bakteri (bakteriostatik), bahkan ada yang
sanggup membunuhnya (bakteriosida)., dengan tahapan sebagai berikut,
yaitu merusak membran, mendenaturasi protein, menghambat pembentukan dinding
sel, dan mengganggu sintesis protein.
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat
mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara
kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik
dan faktor-faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas
makhluk-makhluk hidup, yaitu mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama
antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan
sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal:
suhu, atmosfer gas, pH, tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan
pengeringan) serta faktor kimia (misal: adanya senyawa toksik atau senyawa
kimia lainnya (Hadioetomo, 1993).
Salah
satu faktor lingkungan yang berpengaruh adalah suhu atau temperatur. Mikrobia
memiliki batas toleransi masing-masing terhadap suhu. Efek dari suhu yang
ekstrim pada mikrobia adalah enzim menjadi inaktif dan kemungkinan hal yang
sama terjadi pada beberapa struktur sell lainnya. Tetapi pada kondisi
optimumnya mikrobia akan memiliki produktivitas yang optimal. Ada 3 jenis
mikrobia berdasarkan kisaran suhunya yaitu, psikrofilik dengan suhu minimum 5-0oC,
optimum 5-15oC, dan maksimum15-20oC, mikrobia mesofilik
dengan suhu minimum10-20oC, optimum 20-40oC, maksimum
40-45oC, dan mikrobia termofilik dengan suhu minimum 25-45oC,
optimim 45-60oC, maksimum 60-50oC (Moat 1979).
Antibiotik dalah zat-zat yang
dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikitpun
mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme lain Ampicillin merupakan
suatu antibiotik beta-lactam yang sudah sering digunakan untuk mengobati
infeksi oleh bakteri sejak tahun 1961. Ampicillin termasuk ke dalam famili
aminopenicillin dan bisa dianggap sama dengan dengan amoxicillin dalam spectrum
dan aktivitasnya. Termasuk ke dalam grup penicillin dari antibiotic
beta-lactam, ampicillin mampu menempel dan penetrasi pada bakteri gram-positif
dan beberapa bakteri gram-negatif. Hal ini dipengaruhi dari gugus aminonya.
Gugus amino membantu penetrasi ke dalam membrane dari bakteri. Gugus amino ini
akan menghambat sintesis peptidoglikan pada dinding sel dan akhirnya menyebabkan
sel lisis (Dwidjoseputro 1987).
Selain
faktor suhu dan antibiotik, pertumbuhan mikrobia juga sangat dipengaruhi oleh
senyawa kimia. Beberapa senyawa kimia dapat menghambat pertumbuhan mikrobia.
Senyawa kimia yang dapat penghambat pertumbuhan bakteri atau mikrobia disebut
desinfektan. Hambatan yang ditimbulkan oleh desinfektan adalah menyebabkan
presipitasi protein sel, koagulasi protein sel dan oksidasi senyawa-senyawa
penyusun protoplasma dan beberapa zat lain. Desinfektan dapat berupa deterjen,
alkali, alkohol, aldehid, asam, fenol dan kresol, klorin arsenik, sulfonamide,
cat, dan iodin.
Antimikroba adalah obat pembasmi
mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Antibiotik adalah zat yang
dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat mikroba
jenis lain. Kata antibiotik diberikan pada produk metabolik yang dihasilkan
suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau
menghambat mikroorganisme lain. Dengan kata lain, antibiotik merupakan zat
kimia yang dihasilka oleh suatu mikroorganisme yang menghambat mikroorganisme. Berdasarkan
sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan
mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat
membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriosida. Kadar minimal yang
diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing-masing
dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM).
Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi
bakteriosida bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM (Priyanto,
2008). Walaupun suatu antimikroba berspektrum luas, efektivitas kliniknya belum
tentu seluas spektrumnya sebab efektivitasnya maksimal diperoleh dengan
menggunakan obat terpilih oleh untuk infeksi yang sedang dihadapi terlepas dari
efeknya terhadap mikroba lain. Di samping itu antimikroba berspektrum luas
cenderung menimbulkan superinfeksi oleh kuman atau jamur yang resisten. Di lain
pihak pada septikemia yang penyebabnya belum diketahui diperlukan antimikroba
yang berspektrum luas sementara menunggu hasil pemeriksaan mikrobiologi.
METODOLOGI
Praktikum tentang pengaruh bahan
antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri ini dilaksanakan pada hari Jum’at
tanggal 27 Oktober 2017 pada pukul 08.00
– 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium THP (Teknologi Hasil Perairan) Jurusan
Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah kertas saring steril, pinset, batang penyebar, Bunsen,
pipet steril sedangkan bahan yang digunakan adalah media TSA (trytic soy agar),
bakteri bacillus, larutan alcohol 70%, dan larutan alcohol 96%.
Pada
praktikum kali ini prosedur kerja dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan,
lalu mensterilkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
mikrobiologi serta praktikum yang akan melakukan percobaan kemudian ambil
tabung reaksi yang didalamnya sudah terdapat media TSA sebarkan secara merata bakteri
bacillus menggunakan batang penyebar, kemudian celupkan kertas saring kedalam
larutan lalu letakkan ke media TSA menggunakan pinset. Kemudian masukan media
kedalam incubator dan kemudian amati setelah 24 jam. Catat hasil dari pengamatan tersebut.
Berikut diagram alir
dari prosedur kerja pengaruh bahan antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri
Siapkan alat dan bahan
![]() |
Ambil bakteri yang sudah dikultur
![]() |
Berikan Alkohol dengan 96% dan
Alkohol 70%
![]() |
Diamkan selama 24 jam
![]() |
Amati apakah ada pertumbuhan pada
bakteri atau tidak dengan alkohol 96% dan 70%
![]() |
Catat hasil yang telah didapat
Gambar
1.
Diagram alir Pengaruh bahan antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang didapat
dalam praktikum ini dibentuk dalam bentuk oalahan data yang dimasukan kedalam
bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Data hasil
pengamatan pengaruh bahan antimikroba terhadap pertumbuha bakteri
Kelompok
|
Alkohol 96%
|
Alkohol 70%
|
1
|
2.3 cm
|
0.5 cm
|
2
|
0.9 cm
|
2 cm
|
3
|
0
|
0.6 cm
|
4
|
1.2 cm
|
0.8 cm
|
Dalam praktikum ke 5
tentang pengaruh bahan antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri dengan
menggunakan bahan antimikroba antara lain larutan alcohol 70%, dan larutan
alcohol 96%, menampilkan reaksi yang bermacam – macam dengan menampakan
diameter bening dalam media TSA yang berbeda-beda dan khususnya terlihat pada
kelompok 4 yang menampilkan hasil signifikan dalam media TSA yang beraksi
terhadap bahan antimikroba, hal tersebut bisa dikarenakan beberapa faktor
teknis yang bisa terjadi diluar praktikum.
Pada
larutan alcohol 96% terdapat lingkaran bening yang menandakan adanya reaksi
bahan antimikroba terhadap sebesar 2,3 cm yang ada di salah satu titik media
TSA dan ada terdapat pula dalam larutan alcohol 70% yang merupakan faktor
pembatas dalam bahan antimikroba tersebut dalam diameter zona bening sebesar
0,5 cm yang terletak ditengah-tengah media TSA tersebut.
Bahan
antimikroba yang digunakan adalah alcohol 70% dan alcohol 96% sendiri
didalamnya terdapat kandungan yang menekan pertumbuhan bakteri dan
mikroorganisme lainnya, alcohol sendri terbuat dari bahan desinfektan. Desinfektan
adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Faktor utama yang menentukan bagaimana desinfektan bekerja
adalah kadar dan suhu desinfektan, waktu yang diberikan kepada desinfektan
untuk bekerja, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada, dan keadaan bahan yang
didesinfeksi. Jadi terlihat sejumlah faktor harus diperhatikan untuk
melaksanakan tugas sebaik mungkin dalam perangkat suasana yang ada. Desinfeksi
adalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena tujuannya adalah
perusakan agen – agen patogen. Berbagai istilah digunakan sehubungan dengan
agen – agen kimia sesuai dengan kerjanya atau organisme khas yang terkena.
Mekanisme kerja desinfektan mungkin beraneka dari satu desinfektan ke yang
lain. Akibatnya mungkin disebabkan oleh kerusakan pada membran sel atau oleh
tindakan pada protein sel atau pada gen yang khas yang berakibat kematian atau
mutasi (Volk dan Wheeler, 1993).
KESIMPULAN
DAN SARAN
Dalam praktikum kali
ini praktikan dapat memahami dan melihat pengaruh bahan antimikroba terhadap
pertumbuhan bakteri dan praktikan kini mengetahui bahan-bahan yang digunakan
dalam menghambat pertumbuhan bakteri yang biasa dikenal dengan bahan
antibakteri. Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum tentang pengaruh bahan
antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri pun terlihat jelas pada saat
pengamatan yang di lakukan selama 24 jam yang menghasilkan lingkaran bening
didaerah media TSA.
Saran
dalam praktikum kali ini adalah praktikan diusahakan lebih dapat memperhatikan
kekondusifan dalam praktikum dan lebih dijelaskan secara detail langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam praktikum selanjutnya agar praktikan lebih memahami apa
yang akan disampaikan dan dicatat yang di sampaikan aslab agar membuat
laporannya lebih mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Baker
dan Crok. 1974. The Nature dan Practice
of Biological Control of Plant Pathogens.3rd Edition : The
American Phytopathological Society.
Dwidjoseputro,
D. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambaran: Jakarta.
Ganjar,
I., Sjamsuridzal,W. dan Oetari,A. 2006. Mikologi
Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta: 10-140hlm.
Hadioetomo,
R.S. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi. Gramedia
: Jakarta
Lay,
B. W. 1992. Mikrobiologi. Rajawali Pers: Jakarta
Moat,
A.G. 1979. Microbial Physiology. John Wiley & Sons, Inc. Canada.
Pelczar
dan Chan. 2005. Dasar-dasar mikrobiologi.
UI Press,Jakarta: 100-219 hlm.
Priyanto.
2008. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. LESKONFI : Depok
Schlegel,G.H.1993. General Microbiology. Cambrigde
University Press: England.
Volk,
A.W dan Wheeler, M.F. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid 1. Erlangga.
Jakarta.
Waluyo,L.
2009. Mikrobiologi Lingkungan. UMM
Press, Malang:1-9.
LAMPIRAN







Gambar 6. Media alcohol 70% Gambar 7. Media alcohol 96%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar