Kamis, 05 April 2018

PENGARUH BAHAN ANTIMIKROBA TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI


Laporan praktikum mikrobiologi ke : 5
Hari, Tanggal : Jumat, 27 Oktober 2017

PENGARUH BAHAN ANTIMIKROBA TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Trisda Sela Mutiara
4443150022
Perikanan 3B
Kelompok 4

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
ABSTRAK
Antimikroba adalah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan bakteri yang bersifat merugikan dan pada pengendalian pertumbuhan mikroorganisme untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan serta perusakan bahan oleh mikroorganisme, mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk, perubahan permeabilitas membrane sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya bahan makanan dari dalam sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sistesis asam nukleat,dan protein dan dalam praktikum ini bertujuan mengamati pengaruh berbagai bahan antimikroba terhadap viabilitas bakteri yang dilakukan pada hari Jum’at 27 Oktober 2017 pada pukul 08.00 – 10.00 WIB. Dilakukan dilaboratorium THP (Teknologi hasil Perairan) Jurusan Perikanan,Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan mendapatkan hasil diameter bening pada larutan alcohol 70% sebesar 0,8 cm dan pada larutan alcohol 96% diameter bening sebesar 1,2 cm.
Kata Kunci    : Antimikroba, Bakteri, Mikroorganisme, dan Pertumbuhan

PENDAHULUAN
            Mikroba adalah organism berukuran mikroskopis yang diantara lain terdiri dari bakteri, fungi dan virus (Waluyo. 2009) dalam interaksinya dengan manusia, mikroba tersebut ada yang bersifat merugikan, contohnya bakteri pathogen E.Coli dan kelompok bakteri Coliform dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan (Waluyo.2009) kapang dan khamir menyebabkan penyakit karena menghasilkan racun (mikotoksin) dan menginfeksi permukaan tubuh serta menyerang jaringan dalam tubuh (Ganjar. 2006).
            Salah satu upaya untuk melawan mikroba tersebut adalah dengan menggunakan mikroba lain yang mempunyai sifat antagonis sebagai penggangu atau penghambat metabolism mikroba lainnya, mikroba antaginis yang memiliki kemampuan  antimikroba tersebut dapat menghasilkan senyawa antimikroba, senyawa anti mikroba dihasilkan oleh mikroba pada umumnya merupakan metabolit sekunder yang tidak digunakan untuk proses pertumbuhan (Schlegel.1993), tetapi untuk pertahanan diri dan kompetisi dengan mikroba lain dalam mendapatkan nutrisi,habitat,oksigen, cahaya dan lain-lainnya (Baker dan Crok. 1974). Senyawa antimikroba tersebut dapat digolongkan sebagai antibakteri tau antifungi (Pelczar dan Chan. 2005).
            Mekanisme penghambatan antibakteri dapat dikelompokan menjadi lima yaitu, menghambat sintesis dinding sel mikrobia, merusak keutuhan dinding sel mikrobia, menghambat sintesis protein sel mikrobia, menghambat sintesis asam nukleat, dan merusak asam nukleat sel mikrobia.
           
TINJAUAN PUSTAKA
            Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler.
            Pertumbuhan merupakan proses perubahan bentuk yang semula kecil kemudian menjadi besar. Pertumbuhan menyangkut pertambahan volume dari individu itu sendiri. Pertumbuhan pada umumnya tergantung pada kondisi bahan makanan dan juga lingkungan. Apabila kondisi makanan dan lingkungan cocok untuk mikroorganisme tersebut, maka mikroorganisme akan tumbuh dengan waktu yang relatif singkat dan sempurna.
Pertumbuhan populasi merupakan akibat dari adanya pertumbuhan individu, misal dari satu sel menjadi dua, dari dua menjadi empat ,empat menjadi delapan, dan seterusnya hingga berjumlah banyak. Pada mikroorganisme, pertumbuhan individu (sel) dapat berubah langsung menjadi pertumbuhan populasi. Sehingga batas antara pertumbuhan sel sebagai individu serta satu kesatuan populasi yang kemudian terjadi kadang-kadang karena terlalu cepat perubahannya, sulit untuk diamati dan dibedakan. Pada pertumbuhan populasi bakteri misalnya, merupakan penggambaran jumlah sel atau massa sel yang terjadi pada saat tertentu. Kadang-kadang didapatkan bahwa konsentrasi sel sesuai dengan jumlah sel perunit volume, sedang kerapatan sel adalah jumlah materi perunit volume. (Lay 2002)
Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan pertumbuhannya. Bakteri juga memiliki kebutuhan dasar yang sama meliputi air, karbon, energi, mineral, dan faktor tumbuh. Bakteri merupakan organisme yang bersifat prokariotik dengan inti tidak berselaput. Dalam lingkungan, bakteri ini berperan sangat penting dalam menguraikan zat-zat organik. Bakteri dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu faktor abiotik meliputi kimia dan fisika serta faktor biotik yang berhubungan dengan makhluk hidup lain. Faktor fisika mencakup suhu, salinitas, tekanan osmotik, pengeringan, dan lain-lain. Sedangkan Faktor kimia mencakup pH, DO, amonia, bahkan antimikroba juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bakteri. Bahan antimikroba sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bakteri. Akan tetapi tidak semua bahan antimikroba berpengaruh terlalu kuat terhadap bakteri. Hal ini dipengaruhi oleh jenis bakteri dan bahan antimikroba itu sendiri. Bahan antimikroba dapat menghambat perkembangbiakan bakteri (bakteriostatik), bahkan ada yang sanggup membunuhnya (bakteriosida)., dengan tahapan sebagai berikut, yaitu merusak membran, mendenaturasi protein, menghambat pembentukan dinding sel, dan mengganggu sintesis protein.
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia (misal: adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya (Hadioetomo, 1993).
Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh adalah suhu atau temperatur. Mikrobia memiliki batas toleransi masing-masing terhadap suhu. Efek dari suhu yang ekstrim pada mikrobia adalah enzim menjadi inaktif dan kemungkinan hal yang sama terjadi pada beberapa struktur sell lainnya. Tetapi pada kondisi optimumnya mikrobia akan memiliki produktivitas yang optimal. Ada 3 jenis mikrobia berdasarkan kisaran suhunya yaitu, psikrofilik dengan suhu minimum 5-0oC, optimum 5-15oC, dan maksimum15-20oC, mikrobia mesofilik dengan suhu minimum10-20oC, optimum 20-40oC, maksimum 40-45oC, dan mikrobia termofilik dengan suhu minimum 25-45oC, optimim 45-60oC, maksimum 60-50oC (Moat 1979).
            Antibiotik dalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme lain Ampicillin merupakan suatu antibiotik beta-lactam yang sudah sering digunakan untuk mengobati infeksi oleh bakteri sejak tahun 1961. Ampicillin termasuk ke dalam famili aminopenicillin dan bisa dianggap sama dengan dengan amoxicillin dalam spectrum dan aktivitasnya. Termasuk ke dalam grup penicillin dari antibiotic beta-lactam, ampicillin mampu menempel dan penetrasi pada bakteri gram-positif dan beberapa bakteri gram-negatif. Hal ini dipengaruhi dari gugus aminonya. Gugus amino membantu penetrasi ke dalam membrane dari bakteri. Gugus amino ini akan menghambat sintesis peptidoglikan pada dinding sel dan akhirnya menyebabkan sel lisis (Dwidjoseputro 1987).
Selain faktor suhu dan antibiotik, pertumbuhan mikrobia juga sangat dipengaruhi oleh senyawa kimia. Beberapa senyawa kimia dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Senyawa kimia yang dapat penghambat pertumbuhan bakteri atau mikrobia disebut desinfektan. Hambatan yang ditimbulkan oleh desinfektan adalah menyebabkan presipitasi protein sel, koagulasi protein sel dan oksidasi senyawa-senyawa penyusun protoplasma dan beberapa zat lain. Desinfektan dapat berupa deterjen, alkali, alkohol, aldehid, asam, fenol dan kresol, klorin arsenik, sulfonamide, cat, dan iodin.
            Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat mikroba jenis lain. Kata antibiotik diberikan pada produk metabolik yang dihasilkan suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain. Dengan kata lain, antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilka oleh suatu mikroorganisme yang menghambat mikroorganisme. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriosida. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakteriosida bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM (Priyanto, 2008). Walaupun suatu antimikroba berspektrum luas, efektivitas kliniknya belum tentu seluas spektrumnya sebab efektivitasnya maksimal diperoleh dengan menggunakan obat terpilih oleh untuk infeksi yang sedang dihadapi terlepas dari efeknya terhadap mikroba lain. Di samping itu antimikroba berspektrum luas cenderung menimbulkan superinfeksi oleh kuman atau jamur yang resisten. Di lain pihak pada septikemia yang penyebabnya belum diketahui diperlukan antimikroba yang berspektrum luas sementara menunggu hasil pemeriksaan mikrobiologi.

METODOLOGI
Praktikum tentang pengaruh bahan antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal  27 Oktober 2017 pada pukul 08.00 – 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium THP (Teknologi Hasil Perairan) Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
            Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas saring steril, pinset, batang penyebar, Bunsen, pipet steril sedangkan bahan yang digunakan adalah media TSA (trytic soy agar), bakteri bacillus, larutan alcohol 70%, dan larutan alcohol 96%.
            Pada praktikum kali ini prosedur kerja dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan, lalu mensterilkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum mikrobiologi serta praktikum yang akan melakukan percobaan kemudian ambil tabung reaksi yang didalamnya sudah terdapat media TSA sebarkan secara merata bakteri bacillus menggunakan batang penyebar, kemudian celupkan kertas saring kedalam larutan lalu letakkan ke media TSA menggunakan pinset. Kemudian masukan media kedalam incubator dan kemudian amati setelah 24 jam. Catat hasil dari pengamatan tersebut.
Berikut diagram alir dari prosedur kerja pengaruh bahan antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri
Siapkan alat dan bahan


 


Ambil bakteri yang sudah dikultur


 


Berikan Alkohol dengan 96% dan Alkohol 70%


 


Diamkan selama 24 jam


 


Amati apakah ada pertumbuhan pada bakteri atau tidak dengan alkohol 96% dan 70%


 


Catat hasil yang telah didapat
Gambar 1. Diagram alir Pengaruh bahan antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang didapat dalam praktikum ini dibentuk dalam bentuk oalahan data yang dimasukan kedalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Data hasil pengamatan pengaruh bahan antimikroba terhadap pertumbuha bakteri
Kelompok
Alkohol 96%
Alkohol 70%
1
2.3 cm
0.5 cm
2
0.9 cm
2 cm
3
0
0.6 cm
4
1.2 cm
0.8 cm

Dalam praktikum ke 5 tentang pengaruh bahan antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri dengan menggunakan bahan antimikroba antara lain larutan alcohol 70%, dan larutan alcohol 96%, menampilkan reaksi yang bermacam – macam dengan menampakan diameter bening dalam media TSA yang berbeda-beda dan khususnya terlihat pada kelompok 4 yang menampilkan hasil signifikan dalam media TSA yang beraksi terhadap bahan antimikroba, hal tersebut bisa dikarenakan beberapa faktor teknis yang bisa terjadi diluar praktikum.
            Pada larutan alcohol 96% terdapat lingkaran bening yang menandakan adanya reaksi bahan antimikroba terhadap sebesar 2,3 cm yang ada di salah satu titik media TSA dan ada terdapat pula dalam larutan alcohol 70% yang merupakan faktor pembatas dalam bahan antimikroba tersebut dalam diameter zona bening sebesar 0,5 cm yang terletak ditengah-tengah media TSA tersebut.
            Bahan antimikroba yang digunakan adalah alcohol 70% dan alcohol 96% sendiri didalamnya terdapat kandungan yang menekan pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme lainnya, alcohol sendri terbuat dari bahan desinfektan. Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Faktor utama yang menentukan bagaimana desinfektan bekerja adalah kadar dan suhu desinfektan, waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada, dan keadaan bahan yang didesinfeksi. Jadi terlihat sejumlah faktor harus diperhatikan untuk melaksanakan tugas sebaik mungkin dalam perangkat suasana yang ada. Desinfeksi adalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena tujuannya adalah perusakan agen – agen patogen. Berbagai istilah digunakan sehubungan dengan agen – agen kimia sesuai dengan kerjanya atau organisme khas yang terkena. Mekanisme kerja desinfektan mungkin beraneka dari satu desinfektan ke yang lain. Akibatnya mungkin disebabkan oleh kerusakan pada membran sel atau oleh tindakan pada protein sel atau pada gen yang khas yang berakibat kematian atau mutasi (Volk dan Wheeler, 1993).

KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam praktikum kali ini praktikan dapat memahami dan melihat pengaruh bahan antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri dan praktikan kini mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam menghambat pertumbuhan bakteri yang biasa dikenal dengan bahan antibakteri. Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum tentang pengaruh bahan antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri pun terlihat jelas pada saat pengamatan yang di lakukan selama 24 jam yang menghasilkan lingkaran bening didaerah media TSA.
            Saran dalam praktikum kali ini adalah praktikan diusahakan lebih dapat memperhatikan kekondusifan dalam praktikum dan lebih dijelaskan secara detail langkah-langkah yang akan dilakukan dalam praktikum selanjutnya agar praktikan lebih memahami apa yang akan disampaikan dan dicatat yang di sampaikan aslab agar membuat laporannya lebih mudah.

DAFTAR PUSTAKA
Baker dan Crok. 1974. The Nature dan Practice of Biological Control of Plant Pathogens.3rd Edition : The American Phytopathological Society.
Dwidjoseputro, D. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambaran: Jakarta.
Ganjar, I., Sjamsuridzal,W. dan Oetari,A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta: 10-140hlm.
Hadioetomo, R.S. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi. Gramedia : Jakarta
Lay, B. W. 1992. Mikrobiologi. Rajawali Pers: Jakarta
Moat, A.G. 1979. Microbial Physiology. John Wiley & Sons, Inc. Canada.
Pelczar dan Chan. 2005. Dasar-dasar mikrobiologi. UI Press,Jakarta: 100-219 hlm.
Priyanto. 2008. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. LESKONFI : Depok
Schlegel,G.H.1993. General Microbiology. Cambrigde University Press: England.
Volk, A.W dan Wheeler, M.F. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Waluyo,L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. UMM Press, Malang:1-9.

LAMPIRAN
                               






Gambar 2. Mensterilkan alat                                       Gambar 3. Menggoreskan bakteri pada media TSA

                               

                               

Gambar 4. Kertas dalam alcohol 70%                       Gambar 5. Kertas dalam alcohol 96%

Gambar 6. Media alcohol 70%                                                    Gambar 7.  Media alcohol 96%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar