Laporan Praktikum 1 Fisiologi Hewan
Air
RESPON
ORGANISME AKUATIK TERHADAP PERUBAHAN SUHU
Trisda Sela Mutiara
4443160022
Kelompok 3
JURUSAN
PERIKANAN
FAKULTAS
PERTAN IAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan
merupakan organisme akuatik yang sebagian atau seluruh hidupnya di lingkungan
perairan, baik ait tawar, payau maupun laut. Kondisi lingkungan perairan yang
selalu berubah akan mempengaruhi proses kehidupan organisme yang hidup
didalamnya. Perubahan kondisi lingkungan ini tentunya dapat diamati melalui
perubahan tingkah laku organisme terhadap perubahan parameter fisik, kimia,
maupun biologis dari suatu lingkungan. Parameter fisik yang dapat diamati pada
lingkungan perairan antara lain jumlah padatan, kekeruhan, salinitas, suhu,
warna, dan bau. Parameter kimia antara lain nilai pH, keasaman, DO, BOD, COD,
dan bahan pencemar. Sedangkan parameter biologis perhubungan langsung dengan
interaksi organisme dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu nya dengan
mengetahui parameter kualitas air secara fisika yaitu seperti suhu. Hal
tersebut akan menyebabkan organisme hewan air itu beberbahaya di suatu
lingkungan perairan dalam usaha mempertahankan suatu organisme hewan air harus
melakukan yang namanya adaptasi secara berkala di lingkungan dalam waktu per
jam, harian, bulanan maupun tahunan. Dengan hal mengetahui parameter kualitas
air secara kimia,fisika dan biologi .
Suhu
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses budidaya,
suhu akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan bila suhu terlalu rendah
maka pertumbuhan ikan yang dipelihara akan lambat tumbuh, karena bila suhu
rendah maka proses metabolisme ikan akan menjadi lambat dan nafsu ikan akan
menurun. suhu harus tepat yaitu kisaran optimum 25 - 30⁰C. Begitu juga
sebaliknya, jika suhu terlalu tinggi maka kadar oksigen dalam air akan menipis,
sehingga ikan akan bersaing dalam merebut oksigen terlarut didalam air (Fujaya
2004).
1.2 Tujuan
Praktikum respon organisme akuatik terhadap variabel
lingkungan bertujuan untuk mendeskripsikan respon organisme akuatik terhadap perubahan
suhu dan menentukan kisaran toleransi organisme akuatik terhadap perubahan suhu.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan
Klasifikasi
ikan Platy secara lengkap adalah sebagai berikut (Deden 2004).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo :
Cyprinodontiformes
Famili : Poeciliidae
Genus : Xiphophorus
Spesies : Xiphophorus
maculates
Ikan
platy dengan nama lainnya (Xiphophorus maculatus) atau juga terkenal akrab
dengan sebutan moonfish merupakan masih dari spesies jenis ikan hias air tawar keluarga Poecilidae dari urutan
Cyprinodontiformes. Yang sekarang ini banyak sekali yang memburu, akan tetapi
sulit sekali untuk ditemukan. Mungkin karena pemelihara atau pembudidayanya
sedikit sekali ditemukan. Ikan platy coral (Xiphophorus): dari bahasa Yunani
Kuno (ksÃphos), yang mempunyai arti 'semacam pedang yang mempunyai dan bermata
dua', dan (-phóros), yang berarti 'bantalan', dalam hal ini mengacu terhadap
keberadaan gonopodium pada ikan platy jantan serta asal-usulnya. Budidaya jenis
ikan ini menemukan hasil yang memunculkan gembaran Gonopodium pada ikan platy
jantan ini bermula dari bentuk Sirip anal yang telah berkembang menjadi
gonopodium, (organ berbentuk stik yang digunakan untuk reproduksi) ikan platy. Ikan Hias Platy jantan rata-rata mempunyai tubuh
yang ramping pada sirip tengah
bawah berbentuk lancip/kecil agak memanjang. Sedangkan Ikan Hias Platy betina kebanyakan mempunyai tubuh
yang lebih gemuk, pada sirip
tengah sektor bawah berbentuk bulat/mengembang (Lesmana
dan Darmawan 2001).
Jenis
Ikan platy sendiri sangat bermacam-macam, salah satu dari beberapa merupakan
ikan hias asli daerah Utara dan Amerika Tengah yang membentang dari Veracruz ,
Meksiko , untuk bagian utara Belize. Juga daerah Indonesia sendiri sebetulnya
jika mau meneliti lebih jauh ternyata terdapat juga semua jenis ikan hias yang
termasuk ikan platy ini. Ikan ini dapat diketahui dengan memiliki tanda pada
bagian tubuhnya yang mempunyai panjang maksimal pada indukan jantan hanya 4,0
cm sedangkan platy betina 6,0 cm. Akan tetapi pada umumnya panjang ikan platy ini
hanya 2,3 cm pada aquarium.
Ikan platy cendrawasih salah satu yang
ditemukan dan banyak terdapat di alam bebas mendiami kanal, parit, dan mata air
hangat yang bergerak lambat. Untuk biasanya jika terdapat pada alam bebas,
makanan yang di dapat dapat berupa tanaman dan crustasea kecil, serangga, dan
Cacing Annelida. Berbagai jenis warna telah bermunculan setelah adanya perkembangan
syistem budidaya, seperti misalnya oranye, merah, kuning, merah / hitam, dan
hitam / putih. Selain itu juga terdapat banyak jenis ikan platy ini seperti
misalnya: mickey mouse, wagtail, tuksedo, bulan dan lain sebagainya. Ikan platy
adalah ikan livebrearer, seperti jenis ikan hias lainnya, yang mana juga bisa
dikawin silangkan dengan kerabatnya swordtail hijau (Lingga dan Susanto
2001).
Ikan
ini menyukai habitat dengan banyak
tanaman, karena ikan ini cenderung berenang dan berkembang biak diantara
tetanaman. Ikan ini juga menyukai air yang memiliki arus sedang. Kelebihan dan
keunikan ikan platy ini biasanya jika sudah beredar di pasaran, pada umumnya
malah kawin sedarah atau sejenisnya saja, yang mana menjadikan ikan platy
rentan terhadap penyakit dan kematian dini.
2.2 Suhu
Suhu
adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Suhu merupakan salah satu
besaran pokok dengan satuan derajat Kelvin. Dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi
dengan hal tersebut tidak bisa menentukan suhu dengan tetap. Dengan adanya
perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan
valid (Asmawi 1983).
Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem
perairan. Kenaikan suhu air dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air
lainnya terganggu. Air memiliki beberapa sifat termal yang unik, sehingga
perubahan suhu dalam air berjalan lebih lambat dari pada udara. Selanjutnya
Soetjipta menambahkan bahwa walaupun suhu kurang mudah berubah di dalam air
daripada di udara, namun suhu merupakan faktor pembatas utama, oleh karena itu
makhluk akuatik sering memiliki toleransi yang sempit.
Suhu perairan saat ini cenderung meningkat, salah satu faktornya
adalah pemanasan global yang membuat suhu Bumi meningkat, salah satunya yaitu
suhu perairan. Ini dapat mengakibatkan ikan platy stres karena suhu yang tidak
biasa atau normal di habitatnya.
2.3
Respon
Fisiologi Ikan Terhadap Suhu
Secara keseluruhan ikan lebih
toleran terhadap perubahan suhu air, artinya suhu tubuh sangat tergantung atas
suhu lingkungan. Respon yang diperlihatkan oleh ikan biasanya berupa perubahan
tingkah laku meupun pergerakan ikan. Suhu adalah salah satu faktor yang amat
penting bagi kehidupan organisme di perairan, tidak heran jika banyak dijumpai
bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang
mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar
terhadap perubahan suhu, disebut bersifat ovryterm. Sebaliknya ada pula yang
toleransinya kecil, disebut bersifat stenoferm.
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat
menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang pada ikan.
Misalnya stres dapat terjadi yang ditandai tubuh
lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal pada ikan,
sedangkan suhu yang rendah dapat mengakibatkan ikan rentan terhadap infeksi
fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun.
BAB 3
METODE
3.1 Waktu
dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Air telah dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13 September 2017 pukul 08.00 WIB – 10.00 WIB di Laboratorium Teknologi
Hasil Perairan (THP) Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali
ini adalah: akuarium, aerator, water heater, stopwatch, kamera, lap atau
tissue, gayung, thermometer, dan timbangan analitik. Sedangkan bahan yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah: ikan platy dan air tawar.
3.3 Metode Percobaan
Metode
yang digunakan pada praktikum ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangn acak lengkap merupakan
suatu perobaan yang digunakan untuk mengetahui homogen atau tidak ada faktor
lain yang mempengaruhi respon di luar faktor yang diteliti. Pada rancangan acak
lengkap digunakan jika kondisi unit percobaan yang digunakan relatif homogen.
Penerapan perlakuan terhadap unit percobaan dilakukan secara acak terhadap
seluruh unit percobaan. Seperti percobaan-percobaan yang dilakukan di
laboratorium ( Pratista 1997).
Berdasarkan
percobaan, data hasil pengamatan yang didapat adalah sebagai berikut:
Tabel 1. RAL Penelitian
Respon Ikan Platy (Xyphophorus maculates)
Terhadap Suhu
u/p
|
A
|
B
|
C
|
a
|
0
|
0
|
2
|
b
|
0
|
0
|
0
|
c
|
0
|
1
|
0
|
Keterangan :
A
= Perlakuan suhu 230 C
B =
Perlakuan suhu 320 C
C
= Perlakuan suhu 360 C
a
= Ulangan ke -1 (5 menit)
b
= Ulangan ke -2 (10 menit)
c
= Ulangan ke -3 (15 menit)
3.4 Analisis Ragam
Data hasil perhitungan dari pengamatan
sebagai berikut
Tabel 2. Hasil Analisis Ragam
|
Berdasarkan dari hasil perhitungan
tersebut, diketahui bahwa fhitung adalah 0,578704 dan ftabel adalah 5,143253
maka dapat disimpulkan bahwa fhitung lebih kecil dibandingkan dengan ftabel hal
ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan tersebut gagal tolak H0, yang berarti perubahan suhu
tidak berpengaruh terhadap kelangsungan ikan platy (Xiphophorus maculates).
BAB
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui respon organisme akuatik terhadap perubahan suhu
dan menentukan kisaran toleransi organisme akuatik terhadap perubahan suhu.
Dalam hal ini kami menggunakan ikan platy (Xiphophorus maculates) sebagai objek percobaan, ikan
platy yang kami gunakan yaitu sebanyak 35 ekor berukuran dewasa. Dan
menggunakan satu faktor perlakuan yaitu perbedaan suhu pada setiap akuarium. Dimana
terdapat tiga kali perubahan suhu yang dilakukan yaitu pada suhu 230c,
320c, dan 360c. Setiap perubahan suhu tersebut dilakukan
pengulangan sebanyak tiga kali per 5 menit.
Pada
suhu 230c di 5 menit pertama saat ikan platy dimasukkan ke dalam
akuarium, ikan platy langsung bergerombol dan berenang mendekati aerator di
tepi akuarium. Sedangkan pada 5 menit kedua atau 10 menit setelah ikan platy
dimasukkan ke dalam akuarium, keadaan ikan platy mulai kurang agresif yaitu
bergerak dengan pasif dan lambat. Dan pada 5 menit ketiga atau 15 menit setelah
ikan platy dimasukkan ke dalam akuarium, ikan platy mulai berenang naik ke atas
permukaan.
Pada
suhu 320c di 5 menit pertama saat ikan platy dimasukkan ke dalam ke
akuarium, keadaan ikan platy kadang berenang bergerombol dan kadang berenang
berpencar. Ikan platy bergerombol hanya pada saat mendekati aerator saja.
Sedangkan pada 5 menit kedua atau 10 menit ketika ikan platy dimasukan ke dalam
akuarium, ikan platy mulai bergerak sedikit aktif. Dan pada 5 menit ketiga atau
15 menit setelah ikan platy dimasukkan ke dalam akuarium, ikan platy mulai
berenang naik turun di atas permukaan air dan terdapat satu ekor ikan platy
yang mengalami koleps. Hal itu terjadi karena suhu yang baik untuk pemeliharaan
ikan platy adalah 25-280c ( Rahmawati dan Syafei 2005) sedangkan
suhu pada akuarium mencapai 320c.
Pada
suhu 360c di 5 menit pertama saat ikan platy dimasukkan ke dalam
akuarium, ikan platy langsung berenang menyusuri tepi akuarium, dan terdapat
dua ekor ikan platy yang mengalami koleps. Hal itu terjadi karena suhu pada
akuarium tersebut sangat tinggi sedangkan suhu yang baik untuk pemeliharaan
ikan platy adalah 25-280c ( Rahmawati dan Syafei 2005)
Sedangkan pada 5 menit kedua atau 10 menit
setelah ikan platy dimasukkan kedalam akuarium, ikan platy mulai berenang naik
ke atas permukaan . dan pada 5 menit ketiga atau 15 menit setelah ikan platy
dimasukkan ke dalam akuarium, ikan platy bergerak ke tepi akuarium dan bergerak
sangat aktif.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan yang telah diperoleh selama kegiatan praktikum berlangsung
maka dapat disimpulkan bahwa pada suhu 230c ikan platy masih dapat
bertahan hidup dengan tingkah laku gerakan yang masih normal, selain itu juga
jumlah ikan yang digunakan seluruhnya masih hidup. Namun, pada suhu 320c
dan 360c terdapat beberapa ekor ikan yang mengalami koleps atau
bertingkah laku gerakan tidak normal. Hal itu terjadi dikarenakan suhu pada
akuarium tersebut sangat tinggi sedangkan suhu yang baik untuk pemeliharaan
ikan platy adalah 25-280c.
5.2 Saran
Sebaiknya digunakan ikan yang lebih besar
agar dapat teramati dengan jelas yang terjadi pada ikan selama pengamatan. Dan
sebaiknya sebelum mulai praktikum alat dan bahan yang digunakan, contohnya
water heater harus dipersiapkan terlebih dahulu agar tidak terjadi kekurangan
alat pada saat kegiatan praktikum dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif
Pratista. 1997. Aplikasi SPSS 10.05 dalam
Statistik dan Rancangan Percobaan. Alfabeta. Jakarta
Asmawi,
S. 1983. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba.
Jakarta: Gramedia
Deden DAS. 2004. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar Swadaya.
Fujaya,
Y. 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta : Jakarta.
Lesmana DS
dan Darmawan I. 2001. Budidaya Ikan Hias
Air Tawar Populer. Cet ke- 2. Jakarta
: Penebar Swadaya.
Lingga, P dan Susanto H. 2001. Ikan
Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar Swadaya
Rahmawati Y. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Platy Koral
Sehat Produksi Meningkat”.
Bogor : Institut Pertanian Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar