Jumat, 16 Maret 2018

LAPORAN RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP PERUBAHAN SUHU



Laporan Praktikum 1 Fisiologi Hewan Air

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP PERUBAHAN SUHU












Trisda Sela Mutiara
4443160022
Kelompok 3





JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTAN IAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ikan merupakan organisme akuatik yang sebagian atau seluruh hidupnya di lingkungan perairan, baik ait tawar, payau maupun laut. Kondisi lingkungan perairan yang selalu berubah akan mempengaruhi proses kehidupan organisme yang hidup didalamnya. Perubahan kondisi lingkungan ini tentunya dapat diamati melalui perubahan tingkah laku organisme terhadap perubahan parameter fisik, kimia, maupun biologis dari suatu lingkungan. Parameter fisik yang dapat diamati pada lingkungan perairan antara lain jumlah padatan, kekeruhan, salinitas, suhu, warna, dan bau. Parameter kimia antara lain nilai pH, keasaman, DO, BOD, COD, dan bahan pencemar. Sedangkan parameter biologis perhubungan langsung dengan interaksi organisme dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu nya dengan mengetahui parameter kualitas air secara fisika yaitu seperti suhu. Hal tersebut akan menyebabkan organisme hewan air itu beberbahaya di suatu lingkungan perairan dalam usaha mempertahankan suatu organisme hewan air harus melakukan yang namanya adaptasi secara berkala di lingkungan dalam waktu per jam, harian, bulanan maupun tahunan. Dengan hal mengetahui parameter kualitas air secara kimia,fisika dan biologi .
Suhu merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses budidaya, suhu akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan bila suhu terlalu rendah maka pertumbuhan ikan yang dipelihara akan lambat tumbuh, karena bila suhu rendah maka proses metabolisme ikan akan menjadi lambat dan nafsu ikan akan menurun. suhu harus tepat yaitu kisaran optimum 25 - 30C. Begitu juga sebaliknya, jika suhu terlalu tinggi maka kadar oksigen dalam air akan menipis, sehingga ikan akan bersaing dalam merebut oksigen terlarut didalam air (Fujaya 2004).




1.2 Tujuan
            Praktikum respon organisme akuatik terhadap variabel lingkungan bertujuan untuk mendeskripsikan respon organisme akuatik terhadap perubahan suhu dan menentukan kisaran toleransi organisme akuatik terhadap perubahan suhu.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Biologi Ikan
Klasifikasi ikan Platy secara lengkap adalah sebagai berikut (Deden 2004).
Kingdom          : Animalia
Filum                : Chordata
Kelas                 : Actinopterygii
Ordo                 : Cyprinodontiformes
Famili                : Poeciliidae
Genus               : Xiphophorus
Spesies              : Xiphophorus maculates
Ikan platy dengan nama lainnya (Xiphophorus maculatus) atau juga terkenal akrab dengan sebutan moonfish merupakan masih dari spesies jenis ikan hias air tawar keluarga Poecilidae dari urutan Cyprinodontiformes. Yang sekarang ini banyak sekali yang memburu, akan tetapi sulit sekali untuk ditemukan. Mungkin karena pemelihara atau pembudidayanya sedikit sekali ditemukan. Ikan platy coral (Xiphophorus): dari bahasa Yunani Kuno (ksíphos), yang mempunyai arti 'semacam pedang yang mempunyai dan bermata dua', dan (-phóros), yang berarti 'bantalan', dalam hal ini mengacu terhadap keberadaan gonopodium pada ikan platy jantan serta asal-usulnya. Budidaya jenis ikan ini menemukan hasil yang memunculkan gembaran Gonopodium pada ikan platy jantan ini bermula dari bentuk Sirip anal yang telah berkembang menjadi gonopodium, (organ berbentuk stik yang digunakan untuk reproduksi) ikan platy. Ikan Hias Platy jantan rata-rata mempunyai tubuh yang ramping pada sirip tengah bawah berbentuk lancip/kecil agak memanjang. Sedangkan Ikan Hias Platy betina kebanyakan mempunyai tubuh yang lebih gemuk, pada sirip tengah sektor bawah berbentuk bulat/mengembang (Lesmana dan Darmawan 2001).
Jenis Ikan platy sendiri sangat bermacam-macam, salah satu dari beberapa merupakan ikan hias asli daerah Utara dan Amerika Tengah yang membentang dari Veracruz , Meksiko , untuk bagian utara Belize. Juga daerah Indonesia sendiri sebetulnya jika mau meneliti lebih jauh ternyata terdapat juga semua jenis ikan hias yang termasuk ikan platy ini. Ikan ini dapat diketahui dengan memiliki tanda pada bagian tubuhnya yang mempunyai panjang maksimal pada indukan jantan hanya 4,0 cm sedangkan platy betina 6,0 cm. Akan tetapi pada umumnya panjang ikan platy ini hanya 2,3 cm pada aquarium.
Ikan platy cendrawasih salah satu yang ditemukan dan banyak terdapat di alam bebas mendiami kanal, parit, dan mata air hangat yang bergerak lambat. Untuk biasanya jika terdapat pada alam bebas, makanan yang di dapat dapat berupa tanaman dan crustasea kecil, serangga, dan Cacing Annelida. Berbagai jenis warna telah bermunculan setelah adanya perkembangan syistem budidaya, seperti misalnya oranye, merah, kuning, merah / hitam, dan hitam / putih. Selain itu juga terdapat banyak jenis ikan platy ini seperti misalnya: mickey mouse, wagtail, tuksedo, bulan dan lain sebagainya. Ikan platy adalah ikan livebrearer, seperti jenis ikan hias lainnya, yang mana juga bisa dikawin silangkan dengan kerabatnya  swordtail hijau (Lingga dan Susanto 2001).
Ikan ini  menyukai habitat dengan banyak tanaman, karena ikan ini cenderung berenang dan berkembang biak diantara tetanaman. Ikan ini juga menyukai air yang memiliki arus sedang. Kelebihan dan keunikan ikan platy ini biasanya jika sudah beredar di pasaran, pada umumnya malah kawin sedarah atau sejenisnya saja, yang mana menjadikan ikan platy rentan terhadap penyakit dan kematian dini.

2.2  Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Suhu merupakan salah satu besaran pokok dengan satuan derajat Kelvin. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan hal tersebut tidak bisa menentukan suhu dengan tetap. Dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid (Asmawi 1983).
Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan. Kenaikan suhu air dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. Air memiliki beberapa sifat termal yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air berjalan lebih lambat dari pada udara. Selanjutnya Soetjipta menambahkan bahwa walaupun suhu kurang mudah berubah di dalam air daripada di udara, namun suhu merupakan faktor pembatas utama, oleh karena itu makhluk akuatik sering memiliki toleransi yang sempit.
Suhu perairan saat ini cenderung meningkat, salah satu faktornya adalah pemanasan global yang membuat suhu Bumi meningkat, salah satunya yaitu suhu perairan. Ini dapat mengakibatkan ikan platy stres karena suhu yang tidak biasa atau normal di habitatnya.

2.3  Respon Fisiologi Ikan Terhadap Suhu
Secara keseluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air, artinya suhu tubuh sangat tergantung atas suhu lingkungan. Respon yang diperlihatkan oleh ikan biasanya berupa perubahan tingkah laku meupun pergerakan ikan. Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di perairan, tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat ovryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoferm.
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang pada ikan. Misalnya stres dapat terjadi yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal pada ikan, sedangkan suhu yang rendah dapat mengakibatkan ikan rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun.




BAB 3
METODE

3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum Fisiologi Hewan Air telah dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13 September 2017 pukul 08.00 WIB – 10.00 WIB di Laboratorium Teknologi Hasil Perairan (THP) Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah: akuarium, aerator, water heater, stopwatch, kamera, lap atau tissue, gayung, thermometer, dan timbangan analitik. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah: ikan platy dan air tawar.

3.3  Metode Percobaan
                  Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangn acak lengkap merupakan suatu perobaan yang digunakan untuk mengetahui homogen atau tidak ada faktor lain yang mempengaruhi respon di luar faktor yang diteliti. Pada rancangan acak lengkap digunakan jika kondisi unit percobaan yang digunakan relatif homogen. Penerapan perlakuan terhadap unit percobaan dilakukan secara acak terhadap seluruh unit percobaan. Seperti percobaan-percobaan yang dilakukan di laboratorium ( Pratista 1997).
                  Berdasarkan percobaan, data hasil pengamatan yang didapat adalah sebagai berikut:
Tabel 1. RAL Penelitian Respon Ikan Platy (Xyphophorus maculates) Terhadap Suhu
u/p
A
B
C
a
0
0
2
 b
0
0
0
 c
0
1
0
Keterangan :
A = Perlakuan suhu 230 C
B = Perlakuan suhu 320 C
C = Perlakuan suhu 360 C
a = Ulangan ke -1 (5 menit)
b = Ulangan ke -2 (10 menit)
c = Ulangan ke -3 (15 menit)

3.4 Analisis Ragam
Data hasil perhitungan dari pengamatan sebagai berikut
Tabel 2. Hasil Analisis Ragam
Source of Variation
SS
df
MS
F
P-value
F crit
Between Groups
0.66666667
2
0.33333333
0.6
0.578704
5.143253
Within Groups
3.33333333
6
0.55555556










Total
4
8











Berdasarkan dari hasil perhitungan tersebut, diketahui bahwa fhitung adalah 0,578704 dan ftabel adalah 5,143253 maka dapat disimpulkan bahwa fhitung lebih kecil dibandingkan dengan ftabel hal ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan tersebut  gagal tolak H0, yang berarti perubahan suhu tidak berpengaruh terhadap kelangsungan ikan platy (Xiphophorus maculates).


                                                                 BAB 4      
HASIL DAN PEMBAHASAN

            Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon organisme akuatik terhadap perubahan suhu dan menentukan kisaran toleransi organisme akuatik terhadap perubahan suhu. Dalam hal ini kami menggunakan ikan platy (Xiphophorus maculates)  sebagai objek percobaan, ikan platy yang kami gunakan yaitu sebanyak 35 ekor berukuran dewasa. Dan menggunakan satu faktor perlakuan yaitu perbedaan suhu pada setiap akuarium. Dimana terdapat tiga kali perubahan suhu yang dilakukan yaitu pada suhu 230c, 320c, dan 360c. Setiap perubahan suhu tersebut dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali per 5 menit.
            Pada suhu 230c di 5 menit pertama saat ikan platy dimasukkan ke dalam akuarium, ikan platy langsung bergerombol dan berenang mendekati aerator di tepi akuarium. Sedangkan pada 5 menit kedua atau 10 menit setelah ikan platy dimasukkan ke dalam akuarium, keadaan ikan platy mulai kurang agresif yaitu bergerak dengan pasif dan lambat. Dan pada 5 menit ketiga atau 15 menit setelah ikan platy dimasukkan ke dalam akuarium, ikan platy mulai berenang naik ke atas permukaan.
            Pada suhu 320c di 5 menit pertama saat ikan platy dimasukkan ke dalam ke akuarium, keadaan ikan platy kadang berenang bergerombol dan kadang berenang berpencar. Ikan platy bergerombol hanya pada saat mendekati aerator saja. Sedangkan pada 5 menit kedua atau 10 menit ketika ikan platy dimasukan ke dalam akuarium, ikan platy mulai bergerak sedikit aktif. Dan pada 5 menit ketiga atau 15 menit setelah ikan platy dimasukkan ke dalam akuarium, ikan platy mulai berenang naik turun di atas permukaan air dan terdapat satu ekor ikan platy yang mengalami koleps. Hal itu terjadi karena suhu yang baik untuk pemeliharaan ikan platy adalah 25-280c ( Rahmawati dan Syafei 2005) sedangkan suhu pada akuarium mencapai 320c.
            Pada suhu 360c di 5 menit pertama saat ikan platy dimasukkan ke dalam akuarium, ikan platy langsung berenang menyusuri tepi akuarium, dan terdapat dua ekor ikan platy yang mengalami koleps. Hal itu terjadi karena suhu pada akuarium tersebut sangat tinggi sedangkan suhu yang baik untuk pemeliharaan ikan platy adalah 25-280c ( Rahmawati dan Syafei 2005)
 Sedangkan pada 5 menit kedua atau 10 menit setelah ikan platy dimasukkan kedalam akuarium, ikan platy mulai berenang naik ke atas permukaan . dan pada 5 menit ketiga atau 15 menit setelah ikan platy dimasukkan ke dalam akuarium, ikan platy bergerak ke tepi akuarium dan bergerak sangat aktif.




BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diperoleh selama kegiatan praktikum berlangsung maka dapat disimpulkan bahwa pada suhu 230c ikan platy masih dapat bertahan hidup dengan tingkah laku gerakan yang masih normal, selain itu juga jumlah ikan yang digunakan seluruhnya masih hidup. Namun, pada suhu 320c dan 360c terdapat beberapa ekor ikan yang mengalami koleps atau bertingkah laku gerakan tidak normal. Hal itu terjadi dikarenakan suhu pada akuarium tersebut sangat tinggi sedangkan suhu yang baik untuk pemeliharaan ikan platy adalah 25-280c.

5.2 Saran
            Sebaiknya digunakan ikan yang lebih besar agar dapat teramati dengan jelas yang terjadi pada ikan selama pengamatan. Dan sebaiknya sebelum mulai praktikum alat dan bahan yang digunakan, contohnya water heater harus dipersiapkan terlebih dahulu agar tidak terjadi kekurangan alat pada saat kegiatan praktikum dilakukan.




DAFTAR PUSTAKA

Arif Pratista. 1997. Aplikasi SPSS 10.05 dalam Statistik dan Rancangan Percobaan.                                  Alfabeta. Jakarta
Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. Jakarta: Gramedia
Deden DAS. 2004. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar      Swadaya.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta : Jakarta.
Lesmana DS dan Darmawan I. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Cet ke- 2.               Jakarta : Penebar Swadaya.
Lingga, P dan Susanto H. 2001. Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar Swadaya
Rahmawati Y. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Platy Koral Sehat               Produksi Meningkat”. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar